Banten – “Demi Allah! akan ku minumkan darahnya kepada kalian, wahai para pengecut!”, Gubernur Irak, Al-Hajjaj bin Yusuf Ast-Tsaqafy memarahi pejabat bawahannya karena membiarkan Al-Hasan al-Bashry mengkritik pedas dalam sebuah pidato di hadapan khalayak, saat peresmian Istana kebanggaan Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaafy.
Al-Hassan al-Bashry, yang tanpa tedeng aling-aling memang mengkritik Al-Hajjaj, penguasa Basrah itu, yang disindirnya mirip Fir’aun. Al-Hasan kemudian diamankan. Algojo dengan pedangnya sudah disiapkan untuk menghabisi ulama kharismatik dan cerdas ini.
Al-Hasan tahu digiring menghadap penguasa, dan sudah risikonya. Minta maaf kepada penguasa?, malah bacaan-bacaan mulia mulai keluar dari bibirnya. Kehormatan seorang juru dakwah dan wibawa seorang ulama dipertahankan, terpancar dari sikap dan langkahnya dan terbaca oleh Al-Hajjaj. Algojo dan pedang tak ada pengaruhnya sama sekali.
Tampaknya, Al-Hajjaj jatuh mental setelah menyaksikan dan merasakan keterpencaran sikap teguh seorang ulama. Al-Hajjaj kemudian mempersilakan Al-Hasan Al-Bashry duduk di kursinya.
“Duduklah di sini, hai Abu Sa’id.” Kata Al-Hajjah.
Al-Hassan pun duduk berdampingan dengan Al-Hajjaj. Mereka berdialog tentang agama. Jawaban-jawaban Al-Hasan cukup memikat, luas dan dalam.
Setelah puas bertanya jawab, Al-Hajjaj kemudian menyemprotkan minyak wangi ke jenggotnya, tanda hormat, lalu memuji Al-Hasan Al-Bashry.
“Anda ulama yang hebat,”ucapnya.
Al-Hasan pamit meninggalkan istana, diiringi para pengawal. Di luar pintu, mereka bertanya, “Hai, Abu Sa’id, zikir apa yang anda ucapkan ketika melihat algojo dan pedang terhunus tadi,” tanyanya. Para pengawal yakin sebelumnya, Al-Hasan Al-Bashry akan dihabisi.
Al-Hasan Al-Bashry, seperti terungkap dalam jawabannya, hanya menyandarkan diri kepada Allah saat menghadapi kesulitan. Doa Al-Hasan yang lain, agar amarah Al-Hajjaj padam, jadi dingin, seperti halnya api yang menjadi dingin saat Nabi Ibrahim A.S. dibakar.
Allah SWT mengabulkan doa hamba-Nya. Amarah Al-Hajjaj berubah dingin, nafsu menghabisi Al-Hasan sirna, malah jadi tanya jawab agama dan penghormatan semprotan minyak wangi.
Al-Hajjaj dikenal sebagai gubernur yang hafal Al-Qur’an, pecinta Al-Qur’an, sangat pemurah kepada ahli Al-Qur’an, tetapi dikenal pula pemimpin yang kejam dan sadis, diantaranya pernah membunuh 120.00 orang ditambah 80.000 orang yang mati karena kelaparan, penderitaan, dan penyiksaan.
Al-Hajjaj pula yang meyakinkan Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk menggunakan mata uang khusus bagi dunia Islam. Punya jasa besar dalam perluasan khilafah Umayah. Ketika meninggal dunia, pada usia 53 tahun (661 M – 714 M).
Al-Hasan Al-Bashry (yang dulu akan dihabisinya) dan Umar bin Abdul Aziz (yang kelak jadi khalifah Bani Umayah) sujud syukur saat mendengar kematian Al-Hajjaj. (C.R. Nurdin)