Korantangerang.com – “Demi Allah, aku tidak pantas mengambil bayaran dari kamu sepeser pun,” sumpah sang guru, ketika tahu anak didiknya cerdas luar biasa. Pelajaran yang didiktekan sang guru, ternyata langsung dihafal anak didiknya itu. (Aizid, 217 : 211).
Anak didik ini sudah hafal Al-Qur’an 30 juz pada usia 9 tahun. Pada usia 10 tahun, sudah pula hafal kitab Al-Muwath-tha karya Imam Malik (93 H – 179 H).
Anak didik di Kutab (SD), Al-Khaif, dekat Masjid Al-Haram (Makkah Al-Mukarramah) ini memang miskin, sehingga tak mampu membayar biaya pendidikan, lalu dibebaskan sang guru karena tingkat kecerdasannya yang luar biasa. Genius.
Anak didik ini, ketika belum genap usia dua tahun, sudah jadi yatim. Hidup diasuh sepenuhnya oleh ibunya, Fatimah Al-Azdiyyah.
Sang Bunda bermimpi, ada bintang yang melesat keluar dari perutnya, lalu bintang itu pecah berserakan, bersinar ke berbagai penjuru dunia.
Kata para penafsir mimpi, dari perut hamil Fatimah ini kelak akan lahir anak yang ilmunya tersebar ke penjuru dunia. Seperti bintang yang pecah bertaburan sinar itu. Benar, anak yang lahir ini adalah Imam Asy-Syafi’i (150 H – 204 H).
Kata As-Siba’i, “Beliau wafat setelah dunia ditaburi ilmu dan (hasil) ijtihadnya” (As-Sunnah, 1368 H/1949 M : 400).
Mayoritas muslim Indonesia menganut Mazhab (Sunni) As-Syafi’i. Salah satu “pecahan” bintang mimpi ibunya itu, memang sampai pula ke Nusantara, juga ke Ibu Kota Nusantara
Saat saya nyantri di Pesantren PERSIS (Bandung), ada pelajaran “Adabiyyaat” sebagai pelengkap pelajaran Akhlak.
Salah satu catatan Imam As-Syafi’i, yang selalu saya ingat. Saya mengadu kepada (guruku), Waki’, soal jelek hafalanku. Lalu,beliau mengajariku bahwa ilmu itu cahaya, sedangkan cahaya tak akan diberikan kepada pendurhaka”. Ya, Allah, ampuni Saya!.(Dean Al-Gamereau).



