Korantangerang.com – Bagaimana mungkin, As-Suyuthy dan As-Syafi’iy bisa hafal Al-Qur’an pada usia 8 tahun dan usia 7 tahun? Apakah kedua ulama ini pun sudah bisa baca dan tulis huruf Al-Qur’an (huruf Arab) sebelum usia 8 tahun dan usia 7 tahun? Atau, mereka belajar dan menghafal dengan cara mendengar guru mereka? Kenyataannya, mereka hafal firman-Nya itu pada masa kanak-kanak.
Orang tua mereka sangat memperhatikan Al-Qur’an, dan oleh karena itu, pelajaran pertama dan utama adalah Al-Qur-an.
Khalifah Umayah kelima, Abdul Malik bin Marwan (685 M – 705 M), meminta guru ngaji anaknya, “Ajari mereka kejujuran sebagaimana kauajari mereka Al-Qur’an”.
Khalifah Umayah kesepuluh, Hisyam bin Abdul Malik (724 M – 743 M), berpesan kepada guru anaknya, “Pesan pertamaku, bawalah anakku pada Al-Qur’an, lalu ajari dia sastra terbaik”.
Khalifah Abbasiyah kelima, Harun Ar-Rasyid (786 – 809), berpesan kepada guru anaknya, “Bacakan kepadanya Al-Qur’an, lalu kenalkan sejarah kepadanya”.
Kita bertanya, “Apakah anak-anak sudah pantas menerima (ilmu) memahami Al-Qur’an?” Sangat pantas! Coba simak, Nabi Yahya AS diberi ilmu memahami kitab suci Toret (salah satu kitab yang wajib diimani umat Islam), justru pada waktu masih kecil (Maryam : 12).
Ayat ini kemudian terbukti pula pada diri, misalnya, As-Suyuthy dan As-Syafi’iy. Hari-hari berikutnya, masih mungkin lahir “anak-anak ideologis” As-Suyuthy dan As-Syafi’iy.
Dan, anak-anak kita yang cerdas cemerlang otaknya, cobalah serahkan untuk menguasai Al-Qur’an, seperti dulu anak-anak para khalifah. (Dean Al-Gamereau)