Pandeglang – Kelurahan Saruni, adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, jarak Kelurahan Saruni dengan pusat ibu kota kabupaten, tidak lebih dari 10 km. Namun ironis, di kelurahan ini ternyata masih banyak warganya yang tinggal di “gubug reot” atau disebuah rumah berdinding bilik dan nyaris roboh.
Diketahui di Kelurahan Saruni ini, khususnya di wilayah RW 08, terdapat sedikitnya 7 rumah milik warga yang kondisinya bisa dikatakan sangat tidak layak, ditambah penguninya pun adalah seorang janda tua dengan segala keterbatasannya, baik secara fisik maupun secara ekonomi.
Jarak pusat ibukota pemerintahan kabupate yang tergolong dekat dengan Kelurahan Saruni tersebut, sepertinya tidak menjadikan warga tidak mampu, atau rumah-rumah yang tidak layak huni itu, tercover dengan cepat, maupun terperhatikan dengan baik oleh Pemkab Pandeglang. Padahal sebenarnya, pemerintah sendiri memiliki program yang disebut dengan nama bantuan untuk Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Ketua RW 08 Kelurahan Saruni, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Entus Khunaeni menyatakan, dalam setiap Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kelurahan maupun Kecamatan, sebenarnya sudah sering sekali dia mengusulkan agar warganya itu mendapat bantuan dan perhatian dari pemerintah.
“Sebenarnya persoalan ini sudah sangat sering kita usulkan. Dan sudah kami usulkan agar warga kami tersebut mendapat bantuan dari pemerintah, khususnya bantuan dari program RTLH. Tapi nyatanya, sampai sekarang, terhitung 3 kali lebih Musrenbang, belum juga terealisasi bantuan yang diharapkan itu,” aku Ketua RW 08 ini, Rabu (5/2/2020)
Dikatakannya juga, bahwa setiap hari ia kerap melintas dan melihat kondisi kehidupan warganya tersebut. Artinya, walau tak dapat berbuat banyak, paling tidak ia berharap dengan usulannya itu, pemerintah bisa lebih perduli dan dapat membantu meningkatkan kehidupan warganya.
“Kita juga bingung harus bagaimana lagi, kalau boleh jujur, saya sebenarnya miris melihat kondisi mereka. Maka itu saya tidak akan bosan-bosannya mengusulkan program RTLH ini untuk mereka. Dan dari 7 warga saya itu, ada dua warga yang kondisi rumahnya jauh lebih memprihatinkan, yakni Ambu Sawi (58) dan ibu Kanol (60),” jelas Entus.
Sementara itu, ditemui dikediamannya, Ambu Sawi mengaku tidak pahan atau tidak mengetahui secara rinci soal program RTLH tersebut. Oleh karenanya, ia berharap kepada aparatur Kelurahan dan Kecamatan, kalaupun ada bantuan itu, dirinya bisa menjadi satu diantara warga lain yang berhak mendapatkannya.
“Bukannya tidak butuh bantuan. Kalaupun ada, ya saya berharap bisa diperjuangkan oleh pak RT atau pak RW, pak Lurah ataupun pak Camat. Saya kurang paham gimana mesti berbuat, atau meminta agar saya juga dapat bantuan RTLH itu,” ucapnya singkat. (Daday)