SALAKANAGARA INSTITUTE : SEBUAH GAYA POSITIF DARI KARANG TANJUNG


Koran tangerang.com – Sekawanan perampok menjarah kampung. Tokoh di kampung ini, Aki Tirem, tak kuasa meladeninya. Dewawarman dan pengikutnya datang membantu. Kawanan perampok bisa dilumpuhkan. Kampung aman. Aki Trem berbahagia. Sebagai tanda terima kasih, Aki Tirem menikahkan anak gadisnya, Pohaci Larasati.Dewamarwan pun jadi menantu.

Itu terjadi tahun 130-an Masehi, di sebuah kampung yang kini berada di wilayah Kabupaten Pandeglang. Jadi, di sini sudah ada kehidupan manusia sekitar 1.900 tahun silam, setidak-tidaknya dengan tokohnya, Aki Luhur Mulya, nama lain Aki Tirem.

Dewawarman, seorang pangeran dari Palawi (India Selatan), dan duta di Pulau Jawa, bukan saja jadi menantu, melainkan juga jadi raja pertama Kerajaan Salakanagara (130 M – 168 M) Aki Tirem, boleh jadi sebagai tokoh spiritualnya pula. Konon, inilah kerajaan pertama di Indonesia. Kerajaan Kutai, di Kalimantan, yang selama ini diyakini sebagai kerajaan pertama di Indonesia, berdiri pada tahun 400-an Masehi. Dengan melihat tahun kelahiran, Salakanagara lebih sepuh sekitar tiga abad dari Kutai.

Aki Tirem dan menantunya, boleh jadi, tak pernah berpikir bahwa kemudian, setelah melewati rentang masa sekian panjangnya, akan ada sebuah yayasan yang mengadopsi nama kerajaannya, Salakanagara. Pendiri yayasan, Tryana Syam’un, tahu zaman baheula, berdasarkan catatan sejarah, ada Kerajaan Salakanagara, ada Aki Tirem, dan ada pula Dewawarman. Aki Tirem dan Dewawarman, kita pastikan, tak mengira bahwa akan ada orang Kampung Kadupeusing yang kemudian mengadopsi Salakanagara, dari nama kerajaan jadi nama puri dan yayasan. Orang Kampung Kadupeusing itu, Tryana Sjam’un. Kakak TS, demikian Tryana Sjam’un biasa kami panggil, pernah mendiskusikan Salakanagara dengan beberapa pakar sejarah dari Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung, di Puri Salakanagara.

Saya ikut jadi pendengar. Saya ingat, teman wartawan majalah bahasa Sunda Mangle, Drs. Yoseph Iskandar, jadi salah seorang narasumber. Simpulan diskusi, Salakanaga sebagai kerajaan pertama di Indonesia masih harus didukung oleh historical fact yang lain. Yoseph sendiri menulis buku Yuganing Rajakawasa (penerbit Geger Sunten.1977), antara lain, berisi silsilah Aki Tirem. Dalam novel karya Dicky Zainal Arifin, nama Aki Tirem berasal dari arkhytirema, digambarkan sebagai manusia super.

Yayasan Kajian Sosial

Boleh jadi, belum banyak yang tahu, Puri Salakanagara kini tampil pula dengan format baru, semangat anyar, sebagai wadah pemikiran dan pergerakan. Nama resmi wadah itu, Yayasan Kajian Sosial Salakanagara, atau di lingkungan internal populer nama Salakanagara Institute, biasa disingkat SI. Yayasan resmi berdiri, buku akta pendirian, nomor 33, tanggal 14 Agustus 2023. Notarisnya,Vivi Novita Natadireksa, S.H.,M.Kn. Kantor Yayasan di Saung Salakanagara, Nomor 2, Komplek Bougenvile, Jalan Karang Tanjung, Kelurahan Karang Tanjung, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Hadir dua orang saksi dalam buku akta itu, Tuan Doctorandus Tryana Sjam’un dan Tuan Arief Nursobah. Keduanya disebut para penghadap notaris. Mereka mengumpulkan uang, yang kemudian terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing, Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Kelak, angka nol ini, tak akan pernah berkurang, malah akan bertambah, dari hari ke hari, nol demi nol.

Visi, Misi, dan Nilai

Ada dua pertanyaan kunci, apa yang ingin dicapai SI, dan apa pula yang harus dilakukan SI? Untuk menjawabnya, lahirlah visi, misi, nilai. strategi, progam kerja, cara kerja, ciri kerja, kode perilaku kerja, struktur kepengurusan, dan akhirnya cita-cita. Semua itu serangkaian konsep yang hanya bisa dibedakan, tetapi tak boleh dipisahkan.

Visi SI, menjadi yayasan yang berperan dalam mendorong terwujudnya masyarakat maju, mandiri, modern, dan bermartabat pada tahun 2040. Misinya, (a) memotret kehidupan masyarakat sehari-hari, (b) memikirkan pemecahan setiap masalah, (c) mengkaji pemahaman masyarakat tentang kewajibannya kini dan yang akan datang, (d) menyebarluaskan pemahaman agama yang damai, ramah, moderat, dan toleran, dan (e) memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya moral bersama untuk kesalehan sosial.

SI pun menyusun nilai kerja, bolehlah pula disebut sebagai kode perilaku pengurus SI, yakni GESIT, menunjukkan gerak cepat dan tangkas BERBUDAYA, berarti menghormati nilai-nilai budaya. PROFESIONAL, menunjukan sikap dan kemampuan yang sesuai dengan keahlian. INTERGRITAS, menunjukan adanya kesesuaian perkataan dan perbuatan. KREATIF, menunjukan kekayaan gagasan dan inovasi. Semua nilai atau kode perilaku pengurus SI itu kita ringkas dalam sebuah akronim GAYA POSITIF.

Logo, Inspirasi dari Matahari

Matahari jadi inspirasi lambang SI semata-mata terkait dengan manfaat yang luar biasa untuk kehidupan di jagat raya ini, meliputi flora, fauna, manusia, dan bahkan masyarakat jin pun mungkin menikmati sinar matahari. Tak pernah ingkar janji, selalu setia terbit setiap pagi dan terbenam setiap sore. Tak pernah kekurangan “bahan bakar” untuk tetap beredar. Bahkan, sang rembulan bercadar awan pun tak akan berarti apa-apa tanpa sinar matahari.

Itulah yang ingin diserap SI, jadi manusia yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya, seperti sinar matahari yang bermanfaat untuk apa pun dan siapa pun di kolong langit ini. Hadis Nabi saw menyebut, “khairun naasi ‘anfa’uhum linnaasi” (Manusa terbaik atau sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain).
Lambang SI berwarna tunggal, kuning sinar matahari sebagai simbol manfaat untuk semua lapisan golongan umat manusia. Delapan kelopak bunga matahari menunjukkan SI ada di mana-mana, berkiprah untuk semua, di delapan penjuru mata angin. SI membawa pesan damai untuk semua. Delapan pancaran sinar matahari sebagai simbol, SI harus jadi penerang dan pencerah. Bunga matahari akan berhenti bergerak ketika sudah tua dan menghadap arah matahari terbit. Maknanya, ada estafeta dan regenerasi kepemimpinan. Ada lingkaran warna kuning yang menggambarkan siklus yang tak terputus dalam memperoleh, mengelola, dan menyeberluaskan pengetahuan.

Pamungkas

Di ”hulu” ada visi, di “hilir” ada struktur kepengurusan yang sudah terbagi ke wilayah-wilayah kluster divisi. Inilah para eksekutor progam jihad (kerja) dengan lokomotif para pengurus harian. SI mau maju, mandiri, modern, dan bermartabat? Puri Salakanagara di Karang Tanjung sudah menyediakan panggung untuk capaian semua itu. Program jihad hanya sebagai “kata benda”, lalu pengurus SI harus menggerakkannya jadi “kata kerja”.
Untuk semua itu, haruslah terkoneksi, dan ada relasi yang kuat dan utuh, antara pemikiran pendiri, visi, misi, nilai, program kerja, cara dan ciri kerja pengurus. Maka, “perahu” SI tetap fokus dan selamat bersandar di “pelabuhan” cita-cita. Ada badai (dan pasti berlalu), ada angin, dan “perahu” SI harus tetap istiqamah “menggergaji” laut menuju “pelabuhan” cita-cita itu. Sang nakhoda tak usah khawatir. “Kapal” SI tak akan pernah kekurangan bahan bakar. Bukankah, Kakak TS pernah pula bekerja di pertambangan?.

Oleh : Dean Al-Gamereau


Next Post

M.Qodari : Dukungan Erick Thohir Kepada Prabowo Gibran Jadi Variabel Penting Dalam Pilpres 2024

Sel Jan 23 , 2024
Korantangerang.com – Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan, dukungan Erick Thohir kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor […]