Jakarta – Sosok aktifis asal Papua dan kini aktif dalam kegiatan sosial-politik bersama organisasi sosial politik NKRI Permanen, Simon Petrus Metalmety mengisahkan pengalaman perjalanan bathinnya saat reformasi 1998 bergulir hingga menetap di Jakarta.
” Saya pernah menanyai seorang dokter keluarga seberapa waktunya di abdikan secara murni untuk memperbaiki gangguan jasmani. Dia memiliki praktek yang ramai dan setelah mempertimbangkan dengan penuh pemikirannya, Dokter tersebut menjawab, tidak lebih dari 20% sisanya saya tampaknya mengalami masalah masalah yang amat banyak berdampak kepada kesejahteraan para pasien saya, tapi bukan berasal dari tubuh,” ungkap Simon menuturkan kepada wartawan, Kamis (17/6/2021) malam.
Gangguan jasmani ini, dokter tersebut menyimpulkan semata mata merupakan gejala dari jenis masalah yang lain.
” Ada bagian lain dari kita tidak begitu terlihat tetapi sama nyatanya dengan tubuh jasmani kita. Bagian yang tidak terlihat dari kita di deskripsikan sebagai pikiran, emosi, kecerdasan, temperamen dan banyak hal lainnya, amat jarang itu di deskripsikan sebagai rohani,” jelas Simon.
Tetapi ada ruh dalam diri manusia mengabaikannya berarti mengabaikan realita, ada gangguan rohani juga, dan penyakit rohani dapat menyebabkan penderitaan yang intens.
” Tubuh dan rohani manusia terikat bersama,” imbuhnya.
Setelah lebih dari 10.000 jam, Simon Petrus Metalmety mempelajari kitab mormon dan berhenti membahas iman dengan orang-orang yang ragu imannya.
” Maka saya dengan penuh keyakinan memastikan bahwa saya dapat menyembuhkan sisa 80% penderitaan jasmani yang disebabkan oleh gangguan rohani bagi para pasien dokter yang belum selesai atau terhenti pengobatannya,” katanya berpesan.
Simon juga mengingatkan jangan abaikan realita.”Karena ada tertulis, sementara zesrom bertaubat, dosa dosanya, amat menekan pikirannya sampai itu menjadi amat parah (Alma 15: 3)”.terang simon mengutip satu ayat dalam kitab mormon(*).
