SUARA KITA, Ruang Untuk Bekerja, Mendengar Dan Menyuarakan Yang Tak Bersuara

Azhari Zaki AlQadri Ketua SMSI Kota Tangerang dan Kordinator SMSI Tangerang Raya

Oleh : Azhari Zaki AlQadri
Ketua SMSI Kota Tangerang dan Kordinator SMSI Tangerang Raya

Kota Tangerang – Perubahan besar selalu mulai dari hal-hal yang paling dekat dar rumah sendiri, dari kota sendiri dan dari orang yang kita cintai. Saya seorang sarjana teknik sipil yang saat ini menempuh pendidikan magister teknik sipil di Universitas Indonesia. Saya sendiri lahir dari dunia teknik yang belajar menghitung struktur, merancang bangunan dan menata ruang.

Tapi dari semua ini, saya belajar juga satu hal yang lebih penting, karena sejatinya membangun itu tak selalu soal beton dan baja tapi juga soal membentuk kesadaran, membuka ruang pikir dan menata masa depan bersama. Yang paling butuh dibangun itu sendiri adalah kesadaran, pola pikir dan ruang komunikasi antara masyarakat. Di dunia teknik, saya belajar menyusun struktur, merancang agar sesuatu bisa berdiri kokoh dan memberi manfaat.

Ternyata prinsip yang sama juga diterapkan di beberapa ruang kehidupan termasuk saat ketika kita membangun relasi, narasi dan ruang komunikasi. Media bagi saya bukan sekedar saluran informasi,tapi bagian dari proses membangun. Bukan hanya bangunan fisik, tapi bangunan kesadaran bukan pondasi beton tp pondasi dialog dan kepercayaan publik.

Apa yang saya pelajari di dunia konstruksi ternyata bisa sangat relevan ketika kita bicara soal masyarakat, soal mendengarkan, memahami kebutuhan dan merancang sesuatu yang bisa bermanfaat luas. Bagi saya ini bukan tentang profesi ataupun gelar, tapi tentang kontribusi dan bagaimana kita bisa hadir.terlibat dan memberi ruang untuk tumbuh bersama.

Dan semakin saya terlibat semakin saya sadar bahwa kemampuan teknis pun bisa menjadi jembatan untuk membangun ruang sosial yang sehat. Dan saya sendiri juga membangun usaha di berbagai sektor seperti konstruksi, kuliner sampai media. Tapi bagi saya, usaha bukan soal untung ataupun rugi tapi soal kontribusi dan kebermanfaatan. Apa yang bisa kita bangun dan siapa saja yang bisa kita libatkan dalam.prosesnya.

Saya disini bukan sebagai seorang pemilik usaha tapi sebagai bagian dari komunitas ini, sebagai ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Tangerang dan juga sebagai Kordinator SMSI Tangerang Raya.

SMSI adalah organisasi konstituen Dewan Pers, bukan milik individu tapi rumah bagi insan media, pemilik dan pengusaha media Siber di seluruh Indonesia.

Media bukan hanya sekedar klik penonton atau trending dan viral belaka. Media adalah soal makna, soal siapa yang sedang diperjuangkan. Dari pemahaman ini, kami bangun media center SMSI Kota Tangerang, dari ruang kecil inilah kami hadirkan media center yang kami beri nama Suara Kita. Bukan suara saya saja, bukan suara organisasi tapi suara kita semua yang hidup di kota ini, yang punya mimpi untuk tanah ini, yang ingin bercerita tapi kadang tak tahu harus mulai dari mana.

Bulan Agustus, bangsa kita memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, 80 tahun bukan waktu sebentar, tapi pertanyaannya apakah kita sudah benar-benar merdeka? merdeka dari penjajah mungkin iya tapi bagaimana dengan kemerdekaan berpikir, bersuara, menjadi diri sendiri tanpa tekanan sistem?.

Kemerdekaan adalah salah satu pilar demokrasi tapi hari ini banyak suara dibungkam atau bahkan dibeli. Media lokal seringkali dianggap kecil tapi dari sinilah seharusnya cerita besar dimulai.

Suara Kita hadir bukan membawa janji tapi hadir untuk memberi ruang untuk bekerja, ruang untuk mendengar lebih dalam, dan ruang untuk menyuarakan yang tak bersuara.

Lewat Suara Kita, setiap episodenya akan menghadirkan dan menyapa tokoh-tokoh lokal, mendengar dari cerita mereka, belajar dari pengalaman mereka

Karena Suara Kita adalah kekuatan kita, karena tak mudah menjalankan media dalam konteks lokal, banyak tantangan ekonomi, sistem sampai dengan ekosistem. Tapi justru karena itu kita harus saling menguatkan.

SMSI sendir hadir bukan untuk menguasai tapi untuk menyatukan bukan menunjukkan siapa yang paling kuat tapi siapa yang paling konsisten untuk membangun.

Suara Kita dibangun dari ide, dari prinsip independensi, dari gotong royong dari semangat, dari inisiatif bukan dari instruksi ataupun anggaran.
Kalau bukan dari kita yang mulai lalu siapa lagi?.

Lewat program ini kita akan hadirkan cerita dari banyak sudut kota dari desa, dari pinggiran dari mereka yang tidak pernah masuk headline. Kita akan ajak bicara siapapun yang punya cerita karena setiap cerita dan setiap suara layak untuk didengar.

Suara Kita bukan hanya program digital ataupun YouTube, bukan sekedar branding organisasi tapi sebuah ekosistem, ruang aman untuk semua yang percaya bahwa media berdaya dengan cara yang sehat. Suara Kita bukan suara media tapi suara warga, suara ide, suara masa depan.

Lewat program ini kita tidak ingin sekedar menjadi penonton dari sejarah kota ini, kita ingin menjadi bagian dari narasi itu. Merekam, menyuarakan dan menyemai harapan baru. Saya percaya pemimpin bukan sekedar yang bisa memerintah tapi bisa
menggerakkan. Dan gerakan itu dimulai dari hal-hal yang melahirkan sebuah inspirasi.

Suara Kita bukan sekedar konten tapi awal dari sesuatu yang lebih besar. Mari bersuara, mari bercerita, mari tumbuh bersama. Karena ketika suara kita disatukan, perubahan bukan lagi sekedar mimpi.(***)


Next Post

Jajaran Pegawai Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang Ikuti Arahan Dirjenpas: Tekankan Peran Lapas dan Rutan dalam Pembinaan

Sab Agu 30 , 2025
Tangerang, 29 Agustus 2025 — Jajaran pegawai Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang mengikuti rapat virtual yang dipimpin langsung oleh Direktur […]