JAYAPURA – Persatuan Mahasiswa Islam Perempuan Papua menghelat diskusi publik dengan tema ‘Merajut Kembali Papua Dengan Nilai Pancasila’, di Caffe Outentik, Kota Jayapura, Papua, Kamis (26/9/19).
Dialog dihadiri sekitar 40 orang dari elemen mahasiswa dengan narasumber, Rifki Saputera Masaa, S.E. (Pegiat Sosial Papua), Ratih Amelia, M.Si., (Cendikiawan Muslimah Papua) dan Muh. Saleh Rumatoras, SH., (Aktifis PMII Papua).
Rifki Saputera Masaa, menyampaikan, diperlukan dialog seluruh komponen masyarakat untuk menyelesaikan masalah di Papua secepatnya, sehingga bisa menjembatani perbedaan persepsi menyelesaikan Papua.
Menurutnya, kekerasan yang terjadi di Papua harus segera dihentikan melalui dialog antara pemerintah dengan masyarakat Papua. “Langkah tersebut harus dibarengi dengan peningkatan layanan publik, antara lain di bidang pendidikan dan kesehatan,” jelasnya.
Senada dengan Rifki, Cendikiawan Muslimah Papua, Ratih Amelia, juga menyampaikan perlunya dialog atau diskusi dan menelaah aspirasi yang akan disampaikan ke pemerintah, sehingga tidak melenceng dan dimanfaatkan oleh pihak atau oknum tertentu. “Penyampaian aspirasi melalui demonstrasi memang tidak salah karena diatur dalam undang-undang, namun sebelum disuarakan sebaiknya didiskusikan dan ditelaah terlebih dahulu, sehingga “penumpang gelap” saat aksi,” bebernya.
Ditambahkannya, banyak cara penyampaian aspirasi sebelum turun ke jalan. “Banyak caranya, bisa dengan audiensi terlebih dahulu, jika audiensi tidak berhasil baru turun kejalan. Ini sepertinya audiensi aja belum pernah tau-tau udah bakar-bakar saja, Jangan sampai juga kita turun ke jalan tapi tidak mengerti substansi apa yang akan kita perjuangkan. Bisa mengkritik, tapi tidak memberi solusi,” tegasnya.
Sementara itu, Aktifis PMII Papua, Muh. Saleh Rumatoras, mengajak mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan mengamalkan bersama realitas-realitas yang terkandung di dalam nilai-nilai Pancasila. Ia mendukung pemuda maupun mahasiswa untuk menuntut keadilan melalui aksi demonstrasi. “Namun perlu digarisbawahi aspirasi dengan demonstrasi harus dengan cara positif. Artinya kita jangan melakukan demonstrasi secara anarkis, jangan merusak fasilitas publik dan jangan sampai mengganggu aktivitas masyarakat umum,” tandasnya.
Dalam penyelesaian konflik di Papua, lanjutnya perlu menggunakan kekuatan dan daya tarik ideologi Pancasila untuk meyakinkan orang Papua sebagai bagian dari Indonesia yang berideologi Pancasila.(*).