Pendidikan Demokrasi dan Peran Strategis Guru


Korantangerang.com – Demokrasi yang sehat adalah impian rakyat di semua negara demokrasi. Masalahnya, demokrasi yang sehat dan matang tak pernah datang ujug-ujug sebagai sesuatu yang tinggal dinikmati. Faktanya, menuju demokrasi yang sehat membutuhkan kerja keras yang sering kali tidak mudah pula.

Jerman adalah salah satu negara yang kualitas demokrasinya telah begitu baik. Bahkan, demokrasi di Jerman telah menjadi model dan referensi penting bagi banyak negara yang sedang berjuang membangun kualitas demokrasinya. Tetapi apa yang dicapai oleh Jerman hari ini dalam menjadikan negara demokrasi yang sehat tidaklah mudah dan datang begitu saja.

Denis Swasana, Ph.D., Direktur Konrad Adenauer Stiftung Perwakilan untuk Indonesia dan Timor Leste menyebutkan bahwa mencapai Jerman yang demokratis seperti hari ini membutuhkan kerja keras dan melibatkan banyak pihak semacam kalangan pers, yayasan, segenap masyarakat kampus, serta elemen masyarakat sipil yang lainnya.

Bahkan untuk mempertahan kemajuan demokrasi yang telah diwariskan oleh para pemimpin terdahulu, KAS dan lembaga-lembaga yang memiliki concern yang sama, harus terus bekerja keras untuk mempertahankan dan memajukannya di masa yang akan datang.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Denis Swasana dalam sambutan pembukaan Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi di Provinsi Jawa Barat, hari ini tanggal 12 Juli 2022 di Hotel Savoy Homann, Bandung. Lebih lanjut Denis Swasana menuturkan pula bagaimana Jerman menapaki tahun-tahun penting pembangunan demokrasinya pada tahun 1945 pasca perang dunia ke dua dan pada tahun 1990 setelah penyatuan dua Jerman.

Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi adalah program Paramadina Institute for Education Reform (PIER) Universitas Paramadina bekerjasama dengan Konrad Adenauer Stitung (KAS) Jerman yang telah berlangsung semenjak tahun 2007. Pada pelaksanaannya, program ini berada dalam koordinasi kementerian Dalam Negeri dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Acara dibuka oleh Dr. Firman Oktora, S.Si., M.Pd., Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII. Dalam sambutannya, Firman menekankan pentingnya orientasi dan visi yang sama dalam setiap kegiatan yang melibatkan guru, yakni mendukung pencapaian masa depan yang makin baik bagi para siswa Indonesia yang produktif dan unggul.

Sementara itu Djayadi Hanan, Ph.D., Direktur Eksekutif PIER Universitas Paramadina mengawali sambutannya dengan menunjukkan data riset bahwa lebih dari 75% rakyat Indonesia memiliki persepsi bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dianggap paling cocok untuk Indonesia. Doktrin konstitusional juga menunjukkan bahwa Indonesia menerapkan sistem demokrasi.

Masalahnya keinginan rakyat dan rambu-rambu konstitusi tidak serta merta menjadikan Indonesia negara yang demokratis secara prosedur dan substantif sekaligus. Secara prosedur mungkin Indonesia telah menjadi negara demokrasi yang baik, tetapi secara substantive dan nilai, masih banyak hal-hal yang harus dibenahi dan diselaraskan dengan nilai-nilai demokrasi universal. Ini adalah tugas penting para pemimpin Indonesia di masa depan, untuk terus meningkatkan kualitas demokrasi. Para pemimpin Indonesia masa depan adalah para siswa hari ini.

Dalam konteks inilah peran guru menjadi sangat stretgis dan penting, yakni menjadi agen demokratisasi di sekolah yang tak hanya mengajarkan prosedur demokrasi tetapi juga menyampaikan nilai dan substansi demokrasi, tentu dengan cara-cara yang demokratis pula. Antara lain dalam alur pikir itulah program ini di rancang.

Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi di Provinsi Jawa Barat akan berlangsung hingga hari kamis tanggal 14 Juli 2022. Diikuti oleh 30 peserta, terdiri dari guru PPKN, Pendidikan Agama Islam, dan Guru Sejarah.


Next Post

Peduli Alam Sekitar Reda Manthovani Lepaskan Puluhan Burung dan Penyu

Sel Jul 12 , 2022
JAKARTA – Beberapa waktu yang lalu Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Dr. Reda Manthovani, melakukan kegiatan santai namun menginspirasi yaitu, […]