Bismillaahirrahmaanirrahiem
Allah Subhanahuwata’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.(QS: Al-Hujarat:10).
Diriwayatkan dalam hadist, “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Lagi dan kembali lagi kita disuguhkan pemandangan getir ketika saudara-saudara kita, umat Islam Palestina mendapatkan tindakan kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi dari tentara Israel. Kekerasan berdarah ini terus terjadi dan berulang. Parahnya, peristiwa ini terjadi disaat bulan Ramadan di mana umat Islam Palestina seharusnya dapat menjalankan
ibadah puasa dan serangkaian ibadah lainnya dengan tenang dan khusyu, bukan malah mendapat serangan kekerasan berdarah dari tentara Israel.
laporan media Palestina dan Israel menyebutkan, sebanyak 70 ribu hingga 90 ribu umat Islam melaksanakan shalat Jumat di Haram Al-Syarif, Masjid al-Aqsha dan kemudian melancarkan orasi atas perkembangan terkini. Setelah Maghrib, suasana memanas dan kepolisian Israel kemudian menyerbu Haram Al-Syarif dengan tembakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan jamaah.
Sedikitnya 205 warga Palestina terluka parah akibat kejadian itu. (7/5/2021). Hingga hari ini (17/5/2021), tercatat 200 warga Palestina tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.
Aksi kekerasan dan kejahatan Israel terus berlanjut, meski ini bukan hal baru tetapi telah dirancang, dipersiapkan jauh sejak awal abad 19 dan dilakukan secara massif, sistimatis dan
tidak manusiawi dimulai sejak deklarasi Balfour pada 02 November 1917 dan kemudian Negara Israel resmi berdiri pada 1948.
Dewan Tinggi Zionis, dengan didukung oleh mitos dan doktrin dari Rezim Pengetahuan Zionis, telah berhasil menyusun dan merancang skema untuk menguasai penuh, bukan hanya Palestina serta mengusir warga Palestina dari tanah air nya. Tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk menghancurkan dan meratakan Al-Aqsa dan kemudian membangun kembali Kuil ke-3, atau Haikal Sulaiman untuk kali ke 3 (tiga).
Dalam mitos Yahudi yang dikembangkan oleh Rezim Pengetahuan Zionis, Sang Messias (atau sang dajjal dalam keyakinan Muslim) akan turun setelah bangsa Yahudi berhasil menguasai.
Har Habayit (Bait Suci)/Baitul Maqdis (Islam)/Bait Allah (Nasrani) dan membangun ulang Haikal/Kuil Sulaiman. Padahal, bahkan UNESCO sesuai kesepakatan internasional telah menetapkan bahwa Baitul Maqdis atau Yerusalem dalam bahasa Internasional, merupakan hak Umat Islam dibawah pengawasan oleh Otoritas Wakaf Yordania.
Itulah sebabnya, kenapa polisi dan tentara Israel terus menerus mengawasi jamaah Islam di Masjidil Aqsa dan selalu berusaha menguasai Baitul Maqdis.
Bahkan Israel sudah mulai membuat terowongan-terowongan di bawah Masjidil Aqsa, dengan alasan untuk mencari
peninggalan Haikal Sulaiman. Mereka tidak akan memperdulikan UNESCO dan Kesepakatan Internasional, sebab memang dari sejak awal mula, tujuan mereka adalah menghancurkan Masjidil Aqsa dan menguasai Baitul Maqdis.
Dapat disimpulkan, bahwa Pertama, Penguasaan serta Penindasan dan kekerasan terhadap Palestina, bagi kaum Yahudi hanyalah sasaran antara. Mereka tidak peduli dengan kegetiran dan penderitaan yang dialami penduduk Palestina, karena menurut doktrin Rezim
Pengetahuan Zionis, penduduk Palestina derajatnya jauh dibawah mereka.
Kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan terhadap warga Palestina mereka anggap biasa, karena mungkin bagi yahudi warga Palestina bukanlah manusia, tetapi sederajat dengan hewan. Subhanallah!
Kedua, tujuan utama Bangsa Yahudi sejak 1901 adalah merebut Yerusalem/Baitul Maqdis, meratakan Masjidil Aqsa dan kemudian membangun Haikal Sulaiman ke-3 diatasnya. Yang setelah Haikal Sulaiman kokoh berdiri, mereka percaya akan turunnya Sang Messias (Dajjal) yang akan memimpin mereka menguasai dunia.
Yang harus diingat bagi kita umat Islam adalah, bahwa Baitul Maqdis yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsa (Al-Aqsa) merupakan wilayah yang diberkahi Allah yang diamanatkan kepada kita umat Nabi Muhammad SAW dan arah kiblat pertama sebelum arah kiblat di alihkan ke Mekkah. Baitul Maqdis juga merupakan tempat suci ke tiga bagi umat Islam selain Mekkah dan Madinah.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman:
“Maha suci Allah SWT, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S: Al-Isra; 1)
Kemudian diriwayatkan: Dari Maimunah, mantan sahaya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa dia pernah berkata, “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kepada kami tentang Baitul Maqdis.” Maka beliau bersabda, “Datangilah ia dan shalatlah di dalamnya—ketika itu di negeri tersebut terdapat peperangan, jika kalian tidak dapat shalat didalamnya, maka utuslah seseorang membawa minyak untuk dinyalakan di tempat-tempat lampunya” HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, I: 174, No. 457.
Sementara, Dalam Riwayat Ibnu Majah dengan redaksi Dari Maimunah, mantan budak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, berilah kami fatwa berkenaan dengan Baitul Maqdis.” Beliau bersabda, “Ia adalah bumi Al-Mahsyar dan Al-Mansyar (tempat dikumpulkannya manusia pada hari kiamat), datangi dan shalatlah kalian
di sana, sebab shalat di dalamnya seperti shalat seribu kali di tempat lainnya.” Aku bertanya, “Bagaimana pendapat Tuan jika saya tidak bisa ke sana?” Beliau menjawab, “Memberi minyak yang dengannya lampu bisa dinyalakan di dalamnya, barangsiapa melakukan itu, maka ia seperti telah mendatanginya.” HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, II: 413, No. 1407.
Sehingga, kewajiban kita untuk merawat, membaguskan dan menjaga Baitul Maqdis meski dari jauh.
KITA HARUS SEPERTI AMERIKA
Sejak Theodore herzl untuk pertama kali menyodorkan pamflet berjudul Der Judenstaat (negara yahudi) pada 1896, kemudian terbentuk organisasi zionis yang didukung dan disponsori Sir Walter Rothschild, tak pelak Inggris melalui Sir Arthur Balfour merupakan pendukung utama. Hal itu terbukti dari surat menyurat antara Rothschild dengan Balfour sebagaimana bisa di lihat dalam catatan Herzl dalam Jewish Virtual Library.
Setelah Perang Dunia I usai, Inggris sebagai pemenang perang menghadiahkan sebagian wilayah Palestina kepada Yahudi, melalui deklarasi Balfour yang didasarakan pada kesepakatan Sykes (Inggris)-Picot (Perancis) dan kekaisaran Rusia.
Pasca Perang Dunia II, lanskap politik dunia berubah, Amerika Serikat melalui PBB mengontrol hampir semua konstelasi ideologi-politik di dunia. Yang paling menyedihkan dan ironi kemanusiaan adalah ketika PBB mensahkan penjajahan, perampasan dan pengambil alihan wilayah secara ilegal 55% wilayah Palestina oleh Israel melalui apa yang disebut dengan United Nation Partition Plan pada 1947. Setelah itu, pada 1948 Israel resmi menjadi sebuah negara yang diakui PBB, meski banyak negara menentang.
Tetapi, apalah arti penentangan tanpa kekuatan dimata USA, UN dan Israel?. Sampai hari ini, perampasan wilayah terus berlanjut dan hanya menyisakan 10% wilayah Palestina berbanding 90% yang
di klaim sebagai wilayah Israel.
Bagaimanapun, situasi itu menjadi mungkin karena adanya peran Amerika Serikat didalamnya. Hingga saat ini, Amerika telah menggunakan 39 kali veto untuk melindungi Israel dari resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk atau mengecam tindakan atau sikapnya yang tak mengindahkan hak asasi orang Palestina.
Terakhir, Amerika menggunakan pengaruhnya dalam pemindahan kedutaan mereka ke Yerusalem, yang merupakan
pengakuan simbolis Amerika terhadap klaim Yerusalem ibu kota Israel.
“Pembenaran” atas pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, tak ayal lagi merupakan keberpihakan AS pada Israel. (dunia.tempo.co, 4/12/2019). Menurut data Peace Now, sebuah lembaga nirlaba di Palestina, Di Yerusalem Timur saja, terdapat 12 pemukiman baru dengan sekitar 200 ribu orang pemukim yang hidup dengan senjata api dan pengawalan tentara Israel.
AS juga memberikan bantuan senilai $4 miliar pertahun pada Israel untuk membeli persenjataan produk-produk AS.
Kecaman, kutukan, aksi demonstrasi atau bahkan embargo memang sudah selayaknya diarahkan terhadap Israel. Tetapi faktanya, itu tidaklah cukup.
Bentuk kecaman dan aksi apapun oleh berbagai bangsa dan negara di dunia, kenyataannya tidak pernah mempengaruhi Israel untuk menyurutkan langkah menzhalimi muslim Palestina dan berlaku
maksiat terhadap Allah S.W.T Pencipta Semesta alam. Karena tujuan mereka jelas: Mengusir dan menindas muslim Palestina seperti binatang.
Menghancurkan dan merebut Baitul Maqdis, meratakan Al-Aqsa, dan kemudian membangun kuil ke-3 untuk menunggu Sang Dajal. Mereka tak akan pernah berhenti
sampai itu semua terwujud.
Sehingga kecaman, kutukan, protes hingga demontrasi memang sangat perlu dilakukan.
Tapi itu saja tidak cukup. Perlu sikap dan tindakan yang lebih nyata dan jelas demi kemanusiaan dan untuk melindungi Sunatullah di Baitul Maqdis.
Sudah saatnya negara-negara mayoritas muslim menyatukan diri dalam satu kekuatan politik untuk kemudian mengirimkan bantuan militer secara resmi untuk melindungi Baitul Maqdis, seperti yang dilakukan Umar Ibn Khattab R.A atau Shalahuddin Al-Ayubi di masa lalu.
Sudah saatnya, muslimin di negara-negara muslim mendesak pemimpin nya masing-masing untuk melakukan tindakan politik lebih nyata dan menyatukan kekuatan dalam satu kekuatan politik Islam untuk membela Baitul Maqdis.
Kita umat Islam Indonesia, sering cukup terhibur dengan melihat kecaman yang dilakukan pemimpin kita terhadap Israel. Kita juga sangat bersyukur, bahwa mayoritas umat Islam Indonesia peduli terhadap Palestina dan menunjukannya dengan berbagai bentuk, mulai dari demonstrasi, mengirimkan relawan kemanusiaan, hingga mengirimkan bantuan
kesehatan dan pangan.
Akan tetapi, mungkin sudah saatnya kita bersikap dan bertindak lebih dari itu. Sebagai contoh, bila di Amerika, siapapun Calon pada PILPRES Amerika Serikat yang menyatakan dan berjanji akan mendukung dan meneruskan bantuan kepada Israel, maka dia lah yang akan
terpilih menjadi Presiden.
Maka kita di Indonesia, sudah seharusnya melakukan metode yang sama. Siapapun Calon Presiden/Cawapres R.I dan siapapun Calon Anggota DPR R.I yang muslim, mereka harus mempunyai kesiapan dan berjanji untuk mendukung dan membantu muslim palestina serta memiliki kesanggupan untuk secara proaktif di dunia Internasional mencegah Israel
menganggu dan merongrong baitul Maqdis.
Siapapun Capres/Cawapres atau Calon Anggota Parlemen di Indonesia yang secara terbuka dan tertulis menyatakan kesanggupan, maka dia lah yang kita dukung dan kita pilih.
Mungkin juga sudah saatnya kita mendesak Pemerintahan Jokowi untuk melobi negara-negara muslim dan kemudian mengajak mereka bersama-sama mengirim utusan
mengunjungi Baitul Maqdis, lalu secara bersama-sama semua utusan negara-negara muslim tersebut menemui dan mendesak pemerintah Israel untuk berhenti mengganggu dan merongrong Baitul Maqdis serta berhenti melakukan penindasan terhadap kemanusiaan di Palestina.
Wallahu’alam…
Wassalam wr wb..
Allohu ya’khudu biaidina ila ma fihi khoirun lil islami wal muslimiin.
Oleh: Drs. MUHAMMAD YAMIN, M.H.
(Ketua PD PERSIS Kota Sukabumi).