Justru, Al-Qur’an Melaknat Pembacanya!


Korantangerang.com – Anas bin Malik mengingatkan, sering sekali pembaca Al-Qur’an itu justru dilaknat oleh Al-Qur’an yang dibacanya itu. Ya, sebagai contoh, ketika membaca ayat Al-Qur’an yang mewanti-wanti agar kita menjauhi zina, justru yang kita saksikan sehari-hari, adalah perkara-perkara yang mendekatkan pada zina.

Ayat Al-Qur’an itu, betapa pun kita baca dengan suara merdu, mungkin tak akan jadi rahmat, tetapi jadi laknat, seperti nasihat Anas bin Malik di atas.

Kita membaca Al-Qur’an dan ada adab-adab tersendiri, semisal membaca ta’awwudz sebelumnya. Ini tak berlaku, meski untuk membaca sabda Nabi Muhammad SAW. Tak ada perintah membaca ta’awwudz sebelum membaca sabdanya itu.

Untuk ayat-ayat tertentu, ada adab sujud tilawah sambil membaca doa tertentu pula. Kita bersujud dan berdoa, kapanpun dan dimanapun, ketika kita membaca sendiri atau mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an tertentu itu. Ayat-ayatnya disebut ayat sajdah. Kita bersujud ketika membaca atau mendengar bacaan ayat-ayat tertentu itu.

Para ulama mencatat, ada 15 ayat sajdah dari seluruh ayat-ayat Al-Qur’an. Tak ada sujud tilawah ketika kita mendengar atau membaca hadis-hadis tertentu, betapa pun hadis itu berisi perintah taat kepada Allah dan rasul-Nya. Inilah syari’at yang ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya. Kita dituntut untuk sami’naa wa atha’naa (patuh seutuhnya dan sepenuhnya).

Al-Qur’an akan jadi penolong, jadi penyelamat pada hari Kiamat untuk mereka yang membacanya, seperti hadis riwayat Imam Muslim. Allah SWT menghitung pahala, bahkan untuk setiap huruf yang dibaca, jadi 10 kali lipat kebaikan untuk sebuah huruf yang dibaca, seperti hadis Ibnu Mas’ud yang dicatat At-Tirmidzy dan Ad-Darimy.

Dengan demikian, mestinya kita selalu merindukan Al-Qur’an. Harus merasa berutang kalau tak membaca Al-Qur’an. Kita baca Al-Qur’an, ber-tadabbur tentang ayat-ayat yang kita baca itu.

Bilal bin Ribah suatu ketika menemui Rasulullah SAW yang ternyata sedang menangis. “Apa yang menyebabksn Kamu menangis. Bukankah, dosa-dosa Mu sudah diampuni, baik yang sudah maupun yang akan datang?” tanya Bilal.

“Baru saja turun kepada Ku ayat yang mengancam pembaca Al-Qur’an yang tak mau mentafakkuri ayat-ayat yang dibacanya itu,” jawab Rasulullah SAW.

Hadis menyebut, bahwa sebaik-baiknya kita adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, seperti hadis dari Usman bin Affan yang dicatat Imam Al-Bukhary. Ketika kita mendirikan pesantren Al-Qur’an, atau taman pendidikan Al-Qur’an, dan lain-lain, maka itu patut dipahami sebagai pengamalan hadis diatas.

Kita semestinya jauh lebih menghormati pelajar dan pengajar Al-Qur’an, karena mereka telah menjadi manusia terbaik. Dan hadis yang dicatat Imam Muslim dari Umar bin Khattab menyebutkan, Allah SWT mengangkat derajat seseorang atau menjatuhkan derajat seseorang karena Al-Qur’an.

Kita belajar dari hadis ini, harga diri seseorang akan sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap Al-Qur’an. Tak sedikit yang membaca Al-Qur’an, tetapi Al-Qur’an itu sendiri melaknat pembacanya. (C.R. Nurdin)


Next Post

Stadion Benteng Akan Segera Direnovasi

Jum Jul 17 , 2020
Kota Tangerang – Wali Kota Tangerang H. Arief R. Wismansyah didampingi Wakil Wali Kota H. Sachrudin melakukan pengecekan sejumlah fasilitas […]