Pandeglang – Sebuah bangunan sekolah Taman Kanak-kanak (TK) yang telah berdiri sejak tahun 2003 silam, dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang anak, pada Sabtu (19/10/2019) dini hari lalu ambruk atapnya, lantaran termakan usia, dan tidak pernah dilakukan serta mendapat renovasi.
Beruntung saat insiden itu terjadi pada bangunan sekolah TK milik Yayasan Taman Kanak-kanak Izzul Qur’an, yang berada di Kampung Cihaseum, Desa Kupahandap, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar, sehingga tidak menimbulkan korban luka maupun korban jiwa.
“Kalau melihat kondisi bangunan, ya karena bangunannya sudah tidak layak huni, tidak layak digunakan, atapnya juga sudah mulai bergelombang, kayu sudah mulai keropos, jadi memang sudah harus diperbaiki,” ujar Ketua Yayasan TK Izzul Qur’an, Diana Fitria saat ditemui di lokasi, Selasa (22/10/2019).
Dia mengungkapkan, peristiwa ambruknya bangunan itu mengorbankan tiga ruang belajar yang diisi oleh 40 siswa TK. Akibatnya kini kegiatan belajar puluhan siswa itu harus direlokasi ke gudang sekolah dan satu ruangan PAUD yang masih tersisa.
“Kami punya siswa 50 plus PAUD, yang menempati ruangan ini TK. Untuk kegiatan belajar kami satukan dengan TK-A, untuk playgroup. Karena kegiatan belajar mangajar hanya tiga hari. Jadi untuk kelas TK-A kita bagi dua, sebelah untuk playgroup dan sebelahnya untuk TK-A,” terangnya.
Diana menjelaskan, pihaknya sudah menyadari akan ambruknya bangunan tersebut. Mengingat kondisi gedung yang mulai keropos. Maka dari itu, sejak beberapa bulan terakhir, pihak sekolah sudah memindahkan kegiatan belajar mengajar ke gedung yang lebih aman.
“Kalau secara fisik total belum ada perbaikan. Hanya kami sedikit mengecat itu yang kami lakukan, tambal-tambal sedikit. Tapi untuk proses perbaikan misalnya kaca pecah, kayu patah itu belum pernah kami lakukan karena memang kondisinya tidak memungkinkan,” kata Diana.
“Jadi alhamdulillah kita masih bersyukur kami bisa selamatkan semuanya, hanya aset fisik saja yang tidak bisa kami selamatkan,” sambungnya.
Dia menerangkan, sejak beberapa tahun lalu pihaknya sudah mengajukan rehabilitasi gedung ke pemerintah. Namun sampai gedung itu roboh, tidak ada perhatian yang diberikan. Bahkan sejak insiden amruknya tiga rombel itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) setempat belum juga merespon.
“Kami sudah sampaikan ke Dindikbud, tapi jawabannya cuma Oke saja,” ucapnya.
Diana berharap pihak terkait segera membantu membangun kembali gedung sekolah tersebut, supaya kltivitas belajar mengajar berjalan normal kembali.
“Alhamdulillah masih ada solusi sebenarnya. Tapi tetap kami inginkan bantuan dari pemerintah,” harap Diana.
Sementara itu, Kepala Dindikbud Pandeglang, Taufik Hidayat mengaku tidak punya solusi atas persoalan itu. Soalnya, Dindikbud tidak memiliki mata anggaran untuk membantu rehabilitasi sekolah swasta.
“Kalau milik yayasan itu urusannya yayasan. Soalnya kami belum tahu soal adanya bantuan itu untuk swasta,” ujar Taufik saat ditemui di ruang kerjanya.
Saat ini, Taufik menyarankan agar pihak sekolah membangun kembali gedung tersebut dengan kemampuan yang ada. Jika pum dimungkinkan, Dindikbud akan membantu sesuai prosedur yang ada.
“Kalau memang kami sudah mendapat informasi ini, nanti kami akan cek ke lapangan. Kalau memang kebetulan ada mengapa tidak akan kami usulkan,” terangnya.
Penanganan jangka pendeknya, Taufik menyarankan pemilik yayasan membuat usulan bantuan agar bisa diakomodir pada tahun depan.
“Mereka harus membuat pengajuan dulu karena tahun ini tidak memungkinkan untuk dibangun. Kan rehabilitasi sekolah itu harus diajukan setahun sebelumnya. Karena kami tidak punya dana bencana seperti itu,” tandasnya. (Daday)