Bandung – Seorang arsitek menggambar sebuah rumah, detail, lengkap, lalu rancangannya ini dituliskan pada sebuah kertas warna biru. Maka, disebutlah blueprint. Inilah yang nanti akan jadi pedoman para pekerja pembangunan rumah itu. Tak akan lepas, dan tak boleh lepas dari blueprint ini.
Rupanya, Badan Pekerja (PB) Muktamar XVI PERSIS asyik membahas blueprint “rumah” PERSIS, setidak-tidaknya untuk 15 tahun kedepan atau didepan, dengan “arsiteknya” para anggota BP itu sendiri.
Rapat virtual dalam zoom meeting, Rabu malam kemarin (23/12/20) itu, yang digawangi Dr. Muslim Mufti diwarnai semangat, dibalut ijtihad, dalam “bingkai” satu rasa, satu suara, dan satu usaha. Malah, diseberang sana, ada yang memuji jika anggota BP Muktamar XVI PERSIS ini sauyunan, karena diketuai oleh Ustaz Uyun (Kiai Haji Dr. Uyun Kamiluddin SH MH.
Muktamar XVI PERSIS nanti, insyaAllah, sauyunan. Serius!
Selain nama blueprint dan garis-garis besar haluan jamiyyah (GBHJ), muncul nama masterplan. Semakin ramailah suasana rapat virtual ini. Sampai-sampai anggota BP yang juga Sekum PP PERSIS, Kiai Haji Dr. Haris Muslim Lc menyebut nama bluepint ditambah dengan atau nama lainnya.
“Blueprint atau nama lainnya, akan jadi kado PP Persis berikutnya,” kata Dr. Muslim.
Para anggota BP telah terjebak dalam “kubangan” semantik atau istilah?. Justru, mereka ingin jelas dulu namanya dan sebutannya. Blueprint keinggris-inggrisan?, Syekh Kahfi Amin mengkritik halus dengan menunjuk bahasa Inggris legacy (warisan) dan “menggugat”. “Tidak ada padanan lain?” Syekh dari PW PERSIS DKI Jakarta ini sebenarnya ingin tetap menggunakan bahasa Indonesia, dalam blueprint ini, selama ada padanannya atau terjemahannya yang tepat.
Nama blueprint yang sebelumnya disebut-sebut, ternyata berubah jadi garis-garis besar haluan jamiyyah (GBHJ). Deskripsi GBHJ dibacakan oleh Kiai Haji Dr.Jeje Zaenudin M.Pd satu persatu, lalu didiskusikan bagian demi bagian, bergiliran, ada yang yang langsung, ada pula yang menulis di lembar dialog cat zoom meeting.
Ustaz Iqbal Santoso, modernis Pesantren Persatuan Islam Tarogong, Kabupaten Garut (Jawa Barat) ini misalnya, menyebut keputusan muktamar itu mengikat untuk lima tahun. Jika bikin blueprint (Garis-Garis Besar Haluan Jamiyyah, GBHJ) untuk 15 tahun, bisa diubah oleh muktamar lima tahun yang akan datang.
Tetapi, ustadz mantan ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Garut ini kemudian setuju, blueprint ditetapkan oleh PP PERSIS sebagai mandat muktamar.
Hal yang sama disampaikan pula Zamzam Aqbil Raziqin. Intelektual muda organik PERSIS dan pengacara muda ini menulis, “ Ustaz, supaya blueprint mendapatkan legitimasi, harus dibahas dan disahkan di forum muktamar. Kalau tidak, nanti sifatnya tidak mengikat, sebatas moril saja, dan khawatir tidak akan dijadikan acuan”.
Dr. Latief Awwaludin, ekonom PERSIS, mengibaratkan tujuan itu ke sidratu ‘l-muntaha, sedangkan blueprint itu langit kesatu sampai langit ketujuh. Dan, kita naik ke langit itu, “tangga” langit demi “tangga” langit, yang akhirnya sampai ke final goal, sidratu l-muntaha itu.
Kata Ustaz Uu Suhendar, juru dakwah asal Tasikmalaya, meminta agar garis garis besar (atau nama lainnya blueprint itu) sebaiknya dihapus, cukup dengan rencana jihad yang di dalamnya terkandung garis besar, garis menengah, dan garis kecil.
”Bahasa asing sebaiknya diikuti dengan penjelasan, tidak multitafsir,” Kata Ustaz Uu, penulis buku, yang juga sebenarnya lebih enak berkhortbah dengan bahasa Sunda itu.
Simpulan rapat BP, seperti dibacakan Abu Himam, atau lebih dikenal dengan Ustaz Jeje, blueprint atau nama lainnya sepakat akan dimatangkan segala sesuatunya pada rapat BP berikutnya, melalui dual system (rapat di dunia nyata dan di dunia maya).
Blueprint akan disusun lebih berbentuk lebih, ringkas dan jadi rekomendasi untuk PP PERSIS hasil muktamat XVI. (Laporan : Dean A-Gamereau).