Korabtangerang.com – Cara sehat zaman sekarang, pastilah tiga selalu, pakai masker, cuci tangan dengan pakai sabun dan jaga jarak. Cuci tangan dan jaga jarak dalam arti yang sebenar-benarnya, bukan arti kiasan.
Sering sekali kita mendengar cuci tangan, dalam arti lepas tanggung jawab. Jaga jarak pun sama, bukan arti kiasan, melainkan benar-benar jaga jarak fsik. Oleh karena itu, dalam bahasa Inggris disebut physically distancing, jaga jarak secara fisik dalam arti badani.
Mungkin kita merasa tak terlalu nyaman dengan tiga selalu itu. Kenyataannya tak dapat dipungkiri, realitas tak dapat dihindari, kecuali kita harus bersabar dan secara bertahap beradaptasi dengan keadaan yang baru berupa tiga selalu itu.
Kata pepatah, Ala Bisa Karena Biasa. Ketika sudah terbiasa dan jadi kebiasaan, maka pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak jadilah kebudayaan, budaya pakai masker, budaya cuci tangan, dan budaya jaga jarak.
Pakai masker dan jaga jarak ketika Covid -19 sudah nyata-nyata hilang dari peredaran dunia, dan semoga cepat hilang, mungkin bisa ditanggalkan dan ditinggalkan. Tetapi, cuci tangan, dalam artinya yang sebenar-benarnya, harus tetap dilestarikan.
Jauh sebelum Covid -19 hadir, sebenarnya cuci tangan jadi sebuah gerakan masif oleh pemerintah. Kita baca poster dan flyer di mana-mana. Kita lihat gambar-gambar menarik dan simpatik sebagai ajakan untuk gerakan cuci tangan, agar cuci tangan itu jadi kebiasaan, jadi kebutuhan, dan jadi kebudayaan.
Gerakan hidup sehat zaman sekarang, tentu saja harus dilakukan bersama-sama. Pangkal penting adalah kesadaran yang datang dari diri sendiri. Meski pemasangan iklan di luar ruang banyak dan menarik, penyuluhan di mana-mana dan ke mana-mana, tentu tak akan berarti apa-apa kalau belum bisa membangun kasadaran.
Kalau kesadaran sudah terbangun, lalu jadi kebiasaan, dan terasa jadi kebutuhan, maka selalu pakai masker, selalu cuci tangan, dan selalu jaga jarak akan jadi indah pada waktunya (Dean).