Minim Promosi dan Penataan, Sektor Pariwisata di Pandeglang “Tertatih Tatih”


Pandeglang – Minimnya anggaran promosi serta dampak bencana tsunami dan gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu di Pandeglang, sepertinya menjadi alasan kuat bagi Pemkab Pandeglang, dalam hal ini Dinas Pariwisata (Dispar) untuk mencari pembenaran, bila sektor kepariwisataan di daerah yang terkenal dengan Sunset of Java ini, tidak mampu memenuhi target dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparek) RI, terkait kunjungan wisatawan.

Bahkan tidak hanya itu, sektor pariwisata di Kabupaten Pandeglang yang hingga saat ini terlihat masih tertatih tatih tersebut, juga beralasan pada buruknya sarana dan prasarana penunjang, khususnya infrastruktur jalan menuju lokasi-lokasi destinasi wisata yang dinilai belum tertata, maupun terhubung dengan baik.

Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Pariwisata pada Dispar Pandeglang, Toto Mustofa mengatakan. Tidak banyak yang bisa dilakukan olehnya, untuk melakukan promosi terhadap ratusan destinasi wisata yang ada di Pandeglang ini, lantaran keterbatasan anggaran di dua tahun terakhir ini, maka itu Toto mengaku selama ini promosi wisata hanya dilakukan melalui media sosial.

“Kita akui, kita lemah dalam mempromosikan sektor wisata di Pandeglang ini, karena keterbatasan anggaran dan belum maksimalnya sejumlah destinasi wisata terkait sarana dan prasarana penunjangnya. Dan selama ini juga, kita melakukan promosi-promosi wisata hanya dengan memanfaatkan media sosial saja, khususnya di dua tahun terakhir ini,” jelas Toto, Kamis (9/1/2020).

Dikatakannya juga, sebenarnya Bidang Pemasaran pada Dinas Pariwisata tersebut, kerap mengajukan anggaran promosi, namun entah apa yang menjadi kendalanya, yang pasti anggaran promosi itu selalu minim. Bahkan di tahun 2019 kemarin, semua anggaran difokuskan untuk menggolkan penetapan Geopark Ujung Kulon, demikian juga di tahun 2020, yang sebagian anggaran APBD untuk Pilkada 2020.

“Pernah (mengusulkan) cuman konsentrasi kita ke Geopark seluruh anggaran di fokuskan untuk kegiatan Geopark. Apalagi untuk 2020 lebih susah karena ada agenda besar, yakni Pilkada serentak 2020,” terangnya.

Sementara Kasi Promosi Dispar Pandeglang Imron Maulana menyebutkan, bahwa promosi itu sebenarnya berdampak terhadap kunjungan wisatawan, dibuktikan dengan adanya peningkatan dari 2013 hingga 2018, hanya saja pasca bencana Tsunami pada 22 Desember 2018 lalu, kunjungan wisatawan ke Pandeglang ini kembali turun drastis.

“Dari 2013 sampai 2018 trennya naik. Pas tsunami itu turun drastis. Yang turun itu apakah karena dampak tsunami atau memang ke seluruh objek wisata,” katanya.

Hanya saja, kata pria yang akrab disapa Boim ini, dirinya tidak sembarang melakukan promosi terhadap salah satu destinasi wisata sebelum sarana dan prasarana dirasakan mendukung.

“Kita juga harus berhati-hati melakukan promosi, terkait kesiapan destinasi. Destinasinya siap dikunjungi atau tidak, ketika mereka masih ragu-ragu menerima wisatawan jangan sampai pulang bawa keluhan, dampaknya buruk untuk Pandeglang,” pungkasnya.

Diketahui, dari data yang berhasil dihimpun, bahwa di Kabupaten Pandeglang sebenarnya terdapat ratusan destinasi wisata potensial, namun belum terpromosikan dengan maksimal. Seperti halnya destinasi wisata pantai sebanyak 66, mata air panas 6, Air terjun 18, Situ 3, Pemandian buatan dan alami 10, Pulau 32, pegunungan 6, situs dan Cagar budaya 61, bangunan sejarah 12, dan wisata ziarah sebanyak 91. (Daday)


Next Post

Dindik Sebar Bantuan pada Siswa Terdampak Banjir

Kam Jan 9 , 2020
Kota Tangerang – Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Masyati Yulia, beserta jajaran memberikan bantuan kepada para siswa SDN Pabuaran Tumpeng […]