Jurus Sakti Tangkal Covid-19


Korantangerang.com – Inilah jurus sakti menangkal Covid-19. Dibilang baru, nyatanya tak asing di telinga. Dikatakan lama, nyatanya belum lama dirilis. Kita simpulkan saja, ini jurus sakti, sesuatu yang memang sudah ada namun dikemas baru, lebih simpel, sederhana dan mudah dipahami. Kalau toh Anda mendengarnya tidak terlalu asing, itu berarti Anda tergolong orang-orang yang peduli terhadap penanggulangan Covid-19.

Alkisah, Buya Syafii Ma’arif berkirim meme jurus melawan covid kepada Doni Monardo. Narasinya berupa tiga kata yang tak asing: Iman, Aman, Imun. Sebuah jurus ampuh versi Buya untuk menangkal pandemik.

Maknanya, iman adalah menjalankan syariat ibadah, doa, serta dzikir ke haribaan Allah SWT agar terlindung dari virus corona. Aman, maknanya harus berusaha hidup aman dari paparan virus dengan menerapkan protokol kesehatan: Mamakai masker, menjaga jarak-menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun. Sedangkan imun, adalah cukup makan bernutrisi.

Doni yang merasa sreg dengan jurus Buya Syafii, lantas mem-forward pesan Buya Syafii ke staf BNPB, dan meminta agar bisa dilengkapi, dengan catatan “dibuat lebih universal”.

Jadilah seperti yang sudah dibuat infografisnya. Bahwa pada unsur iman diubah menjadi “berdoa-beribada menurut agama dan kepercayaan masing-masing”. Untuk aman, prinsipnya sama. Sedangkan untuk imun, ia menambahkannya dengan “hati senang”.

Selain makanan bernutrisi, istirahat cukup, berolahraga dan tidak panik/stres, yang tak kalah penting adalah hati yang senang.

“Ingat, jurus iman-aman-imun itu ibarat satu tarikan nafas. Tidak bisa hanya satu yang dilaksanakan, dua yang lain tidak. Tidak bisa juga, dua dilaksanakan, yang satu tidak. Tiga-tiganya harus dilakukan bersama-sama,” pesan Doni Monardo.

Kemudian, vlog kritis dr Tirta Mandira Hudhi yang viral melengkapi inspirasi meme 3 Utama Menangkal Covid. Sekalipun kadang berkata keras, meledak-ledak, bahkan sesekali nyinyir, dalam beberapa hal Doni Monardo mengakui apa yang disampaikan dr Tirta ada benarnya.

Bahwa protokol kesehatan itu penting, tapi jauh lebih penting menjaga agar tidak sampai perut lapar karena tidak bisa makan. Pendeknya, jangan hanya fokus bagi-bagi masker, tapi penting juga untuk melakukan aksi bagi-bagi makanan bagi yang tidak mampu.

Hanya dengan perut kenyang oleh makanan bernutrisi, imun otomatis akan terjaga. Persis kasus yang menimpa pesepakbola dunia: Neymar Jr dan Ibrahimovic. Kedua atlet sepakbola profesional asal Brazil dan Swedia itu, sama-sama terpapar corona, dan sembuh dalam waktu empat hari.

Penjelasannya sederhana. Keduanya adalah atlet kelas dunia. Secara finansial tidak kekurangan, sehingga hidupnya tenang dan senang. Secara fisik, sangat sehat karena sebagai atlet pro, harus menjaga fisik dengan rutin berolahraga. Yang terakhir, klub-klub sepakbola dunia, sangat memperhatikan nutrisi atletnya.

Dengan kata lain, kondisi Neymar dan Ibra sangat sehat dan memiliki imunitas tinggi terhadap masuknya virus. Dengan kata lain, jika kita cukup makan, berusaha happy, serta melaksanakan iman-aman-imun, niscaya corona jauh.

Mengapa Doni Monardo merasa klop dengan apa yang disampaikan dr Tirta? Bisa dilihat dari jejak digitalnya. Jauh sebelum dr Tirta mengunggah vlog seputar pentingnya “perut” diperhatikan, Doni sudah melakukannya di Natuna, awal Februari 2020, saat mengarantina tak kurang dari 238 WNI kita yang baru pulang dari Wuhan, China.

Di Natuna, tidak hanya nutrisi yang dibanjiri. Ratusan WNI yang menjalani karantina dua minggu, juga diberi “nutrisi hati” berupa hiburan. Selain fasilitas karaoke, juga didatangkan organ tunggal untuk mereka bisa bernyanyi-nyanyi.

Para prajurit dari Kogabwilhan I yang mendampingi selama proses karantina juga mengajak lari-lari serta olahraga pagi. Pendek kata, semua WNI yang dikarantina tercukupi asupan nutrisi perut sekaligus “nutrisi” hati senang.

Syahdan, tanggal 15 Februari semua dinyatakan sehat, tidak satu pun terpapar corona, dan dipulangkan ke rumah masing-masing dengan bekal surat keterangan bebas covid-19, sarana transportasi hingga ke rumah, serta buah tangan dari Doni Monardo berupa backpack (ransel) serta amplop berisi uang Rp 1 juta per orang.

Point dari semua jurus ampuh melawan Covid-19 di atas adalah “satu-tarikan-nafas”. Iman-aman-imun harus paralel dijalankan secara simultan. Bersama-sama seperti kita menghirup udara saat bernafas.

Pakai masker penting, jaga jarak penting, cuci tangan juga penting, tapi tidak akan berjalan kalau perut kosong. Katakan pula, semua syarat tadi terpenuhi, tidak akan produktif kalau kehilangan kegembiraan, stres, kurang olahraga dan rajin begadang.

Contoh paling sederhana, kaum berada yang mampu mencukupi nutrisinya dengan makan steak, salad, dan lain-lain. Dia tetap saja rentan, manakala dalam tata pergaulan mengabaikan protokol kesehatan.

Contoh lain yang lebih konkret adalah Amerika Serikat (dan sejumlah negara maju lain dengan kasus corona tinggi). Di sana, relatif tidak ada persoalan dengan nutrisi. Relatif tidak ada persoalan dengan urusan perut. Mengapa angka covid-19 tinggi? Lebih karena kebiasaan mereka hang-out, bergerombol dan mengabaikan protokol kesehatan.

Contoh lebih dekat di Jakarta. Kenapa banyak klaster baru di perkantoran? Sederhana saja penjelasannya. Banyak kaum pekerja berangkat subuh pulang malam. Di kantor berada pada ruang ber-AC. Stres dengan pekerjaan. Makan terkadang pesan junk food secara daring. Pulang malam sudah letih, terkadang masih harus menyelesaikan pekerjaan kantor atau problem lain di rumah. Tidak sempat olahraga. Tentu saja, tipikal seperti ini rentan terpapar virus. Apalagi yang berangkat-pulang naik fasilitas kendaraan umum.

Sungguh berbeda dengan Doni Monardo. Tanpa bermaksud mengkultusindividukan, tetapi hidupnya sangat sehat. Kebetulan ia berlatarbelakang prajurit Kopassus. Hidup disiplin, termasuk dalam hal olahraga, dipraktikkan sebagai sebuah habbit atau kebiasaan.

Dalam banyak kiprah teritorial sebagai panglima, ia meninggalkan jejak-jejak “nutrisi” bagi masyarakat. Contoh, pengembangan emas hijau dan emas biru. Emas hijau adalah segala budidaya dan pengolahan hasil kekayaan alam berupa tumbuh-tumbuhan atau pepohonan. Sedangkan emas biru, segala budidaya dan pengolahan serta pengembangan hasil laut.

Masyarakat bukan saja sehat dan terjaga nutrisinya, tetapi juga sejahtera berkat emas hijau dan emas biru yang dirintisnya.

Jika Anda bertanya, kapan seorang Doni Monardo bersenang-senang? Kata lirik lagu syahdu, “bahagia itu sederhana”. Sesederhana itu pula Doni bisa merasa senang dan bahagia. Sekadar menyebut contoh, selama tidur di kantor mulai Minggu hingga Jumat, ia akan bersenang hati manakala bisa melakukan vicall dengan cucu tersayang –yang baru—semata wayang: Arfazza.

Usai penat bekerja, menonton tayangan National Geographic di LED yang ada di ruang kerja (sekaligus ruang tidur) juga cukup membuatnya senang.

Mari ber-“iman-aman-imun” dengan hati gembira. Intinya, jangan ditanya bagaimana caranya. Orang kita paling pandai menciptakan kegembiraan. Main tebak plat nomor kendaraan yang lewat saja sudah bisa bikin orang tertawa terbahak-bahak.(*/ubahlaku)


Next Post

Kajasrem 142/Tatag : Aerobik agar badan tetap sehat dan bugar

Kam Okt 15 , 2020
Mamuju – Personel Korem 142/Tatag pagi ini melaksanakan aerobik di area Lapangan Tammajarra Korem 142/Tatag. Kamis (15/10/20). Sebelum pelaksanaan aerobik […]