Korantangerang.com – Seorang ulama, Al-Hasan Al-Bashry suatu hari kedatangan empat rombongan tamu. Rombongan tamu pertama mengeluh karena masa paceklik yang berkepanjangan. Al-Hasan Al-Bashry meminta mereka istighfaar.
Berikutnya, datang rombongan tamu kedua. Mereka mengeluh karena miskin. Al-Hasan Al-Bashry meminta pula mereka istighfaar. Rombongan tamu ketiga mengeluh karena tempat tinggal mereka dilanda musim kemarau. Al-Hasan Al-Bashry pun meminta mereka istighfaar. Rombongan tamu keempat datang, mereka mengadu belum juga punya anak, padahal sudah lama menikah. Al-Hasan Al-Bashry pun meminta hal yang sama,istighfaar.
Keempat rombongan itu bertemu di satu tempat tanpa mereka rencanakan sebelumnya. Terungkaplah, baru saja mereka bertamu ke rumah Al-Hasan Al-Bashry menyampaikan persoalan yang berbeda, tetapi dengan jawaban yang sama :istighfaar.
Keempat rombongan tamu itu sepakat bertamu kembali ke rumah Hasan Al-Bahsry. Mereka ingin meminta penjelasan, karena tak memahami satu jawaban istighfaar untuk empat pertanyaan (permintaan) yang berbeda. Mereka berpikir, seharusnya empat pertanyaan yang berbeda itu harus dijawab dengan empat jawaban yang berbeda pula.
Al-Hasan Al-Bashry menjawab pertanyaan mereka dengan surat Nuh : 10–12. Mereka baru paham dan pulang dengan jawaban yang sangat memuaskan. Keempat pertanyaan mereka, memang semua terangkum dalam surat Nuh 10–2 itu. Semua bermuara pada jawaban yang sama, istighfaar (mohon pengampunan kepada Allah S.W.
Istigfar dalam Al-Qur’an
Beberapa ayat istigfar dalam Al-Qur’a, (a) surat Nuh :10–12, disampaikan Nabi Nuh A.S sebagai nasihat untuk umatnya. Dengan istigfar, hujan turun, mendapat rezeki, dan punya keturunan, (b) surat Hud : 3. Allah S.W.T dengan istigfar, akan memberikan kenikmatan yang baik, juga memberikan karunia-Nya, (c) surat Hud : 52 dengan isitigfar dan tobat, hujan deras akan turun juga bertambahnya kekuatan di atas kekuatan, dan (d) surat Al-Anfal : 33 menyebutkan bahwa Allah S.W.T tak akan menghukum orang-orang yang istigfar.
Istigfar dalam As-Sunnah
Rasulullah selalu ber-istigfar setiap hari lebih dari 70 kali (Hadis dari Abu Hurayrah, dicatat oleh Imam Muslim). Kita mengucapkan istigfar tiga kali usai salat wajib dalam rangkaian doa dan zikir. (Hadis dari Sawban, dicatat oleh Imam Muslim,Imam Ibnu Khuzaymah, Imam Ibnu Hibban dan lain-lain).
Rasulullah ber-istigfar 100 kali setiap hari (Hadis dari Al-Agarry Al-Muzany, dicatat Imam Muslim). Isitigfar Rasulullah S.A.W. di antaranya, “Rabbi ‘ighfir liy wa tub ‘alayya, innaka anta ‘t-tawwaabu ‘r-rahiim (ya Allah! Ampuni aku (dari dosaku). Beri tobat aku, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Tobat, Maha Penyayang) (hadis dari Ibnu Umar, dicatat Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzy).
Istigfar yang lain, “Astaghfirullaaha wa atuubhu ilayhi (aku mohon ampun kepada Allah dan An-aku bertobat pada-Nya (hadis dari Abu Hurayrah, dicatat Imam An-Nasaiy).
Istigfar yang lain lagi, “Rabbighfirly watub ’alayya innaka anta tawwaabu ‘l-ghafuur” (ya Allah! Ampuni aku (dari dosaku). Beri tobat aku, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Tobat, Maha Pengampun” (kitab Shahiihu ‘l-Adzzkaari, hanya menyebut dalam suatu riwayat). (C.R. Nurdin)