153 SMP di Pandeglang, Dipastikan Akan Terapkan UNBK


Pandeglang – Di akhir tahun ajaran 2019/2020 ini, seluruh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kabupaten Pandeglang, dipastikan akan mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), dan tidak akan ada lagi Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP).

Hal ini ditegaskan oleh Mukmin Sueb, selaku Kepala Seksi Kurikulum SMP pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Pandeglang, Kamis (12/3/2020).

“Semua sekolah (SMP) tahun ini UNBK. Jadi tidak ada lagi yang UNKP,” ungkap Mukmin Sueb.

Mukmin juga menyebutkan, ada 153 SMP dengan jumlah 12,684 siswa di Pandeglang, baik negeri maupun swasta. Semua sekolah itu sudah menyatakan kesiapannya menerapkan UNBK. Akan tetapi Mukmin menjelaskan, hanya 80 SMP yang siap menjalankan UNBK secara mandiri.

“Tapi yang mandiri cuma 80 sekolah. Sisanya, mereka harus menginduk ke sekolah lain seperti SMA atau SMK karena sekolah mereka belum ada komputer untuk UNBK,” terangnya.

Namun begitu, Mukmin memastikan pelaksanaannya nanti tidak ada masalah. Pasalnya, proses simulasi yang sudah dijalankan, diklaim tidak ditemui kendala.

“Simulasi sudah dilakukan, dan hasilnya kami pastikan tidak ada kendala dan siap melaksanakanan,” sambungnya.

Mukmin menerangkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan PLN dan Telkom untuk memastikan tidak ada pemadaman maupun gangguan jaringan saat ujian berlangsung pada tanggal 20 hingga 22 April 2020 mendatang.

“Kami juga sudah melayangkan surat ke PLN agar tidak ada pemadaman saat UNBK. Lalu koordinasi juga ke Telkom kaitan dengan jaringan internet,” tegas Mukmin.

Kepastian persiapan juga diutarakan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana SMP, Rifai. Dia membeberkan, fasilitas untuk menunjang kelancaran UNBK dipastikan tidak ada kendala. Sebab, pihaknya sudah melakukan Bimbingan Teknis terhadap proktor atau pengawas utama serta para teknisi dimasing-masing sekolah, guna memastikan kesiapan server dan listrik saat UNBK.

“Rekan-rekan kurikulum sudah turun bersama helpdesk untuk memastikan bahwa server tidak masalah,” ujarnya.

Rifai melanjutkan, mengingat jumlah komputer disemua sekolah belum memadai, nantinya setiap sekolah akan memberlakukan aturan pelaksanaan yang berbeda. Terutama sekolah yang menginduk. Mereka akan menjalani proses UNBK dengan tiga sesi. Sementara yang mandiri, diperkirakan hanya satu sesi karena perangkat komputer yang sudah memadai.

“Kalau misalkan muridnya ada 100, itu bisa dibagi menjadi tiga sesi apabila komputernya tidak cukup. Namun minimal punya 30 komputer dan 10 untuk cadangan agar jika ada kerusakan bisa digunakan,” tandasnya. (Daday)


Next Post

Dari Bekas Menjadi Berkualitas

Kam Mar 12 , 2020
Kota Tangerang – Bagi anda yang kepingin mengoleksi ondel-ondel tapi ragu karena ukurannya yang besar, jangan khawatir, ada kerajinan unik […]