Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Kementerian Agama, Kementerian Kebudayaan dan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) menyelenggarakan Festival Toleransi dan Budaya 2025. Kegiatan ini menghadirkan ruang perjumpaan, pembelajaran bersama, serta perayaan keberagaman yang menjadi kekuatan kehidupan bangsa.
Festival ini menghadirkan berbagai kegiatan, di antaranya sarasehan lintas iman, dialog kebudayaan, pagelaran Seren Taun, pertunjukan seni budaya, pawai budaya, pameran batik etnik dari berbagai daerah dan komunitas penghayat kepercayaan, tumbuk padi tradisional, serta stan komunitas lintas tradisi. Rangkaian kegiatan tersebut dirancang sebagai ruang interaksi yang mempertemukan ekspresi keagamaan, kebudayaan, dan kontribusi sosial masyarakat dalam suasana kebersamaan yang hangat dan setara.
Dalam sambutannya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa kerukunan merupakan DNA bangsa Indonesia dan menjadi modal sosial untuk mendorong kemajuan nasional. “Kerukunan adalah DNA bangsa Indonesia. Toleransi tumbuh dari ketulusan kita untuk tidak hanya menghormati mereka yang berbeda, tetapi juga menerima dan bekerja sama di tengah keberagaman. Tiga kunci penting toleransi adalah kemampuan berdialog secara terbuka (head to head), menerima dengan lapang dada (heart to heart), dan bekerja sama demi kebaikan bersama (hand to hand),” ujar Abdul Mu’ti.
Ia menambahkan bahwa keberagaman agama, budaya, dan kepercayaan merupakan modal spiritual dan sosial untuk memperkuat ideologi Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika.
Direktur Eksekutif ICRP, Ilma Sovri Yanti, menyampaikan bahwa ICRP yang telah berkiprah selama 25 tahun terus menjadi rumah bersama bagi ragam komunitas agama dan kepercayaan di Indonesia. “ICRP berkomitmen memastikan bahwa setiap pemeluk agama dan keyakinan, termasuk mereka yang belum diakui secara resmi, mendapat perlindungan konstitusi. Keberagaman komunitas yang tergabung di ICRP mencerminkan Indonesia yang lebih ramah, harmonis, dan inklusif,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Komponen Agama Hindu, Nyoman, menilai bahwa Festival Toleransi dan Budaya 2025 menunjukkan bagaimana toleransi diimplementasikan secara nyata melalui aksi lintas agama, suku, budaya, dan generasi. Ia menyebut bahwa keterlibatan generasi muda hingga generasi yang lebih tua menggambarkan bahwa nilai-nilai toleransi sudah tertanam sebagai budaya bangsa.
Melalui pelaksanaan festival ini, Kemendikdasmen mendorong penanaman nilai ”7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”, khususnya kebiasaan beribadah yang menjadi fondasi pembentukan karakter moral dan spiritual, serta kebiasaan bermasyarakat yang menumbuhkan gotong royong, kerja sama, saling menghormati, toleransi, dan tanggung jawab sosial. Festival ini diharapkan memperkuat budaya toleransi sejak dini dan mewujudkan lingkungan pendidikan yang inklusif serta harmonis.***



