Mengapa Kamu Tidak Mau Beribadah?


Korantangerang.com – Allah S.W.T. pada hari Kiamat nanti akan menampilkan empat rasulnya sebagai penangkal argumentasi kelompok-kelompok manusia yang tak mau beribadah, tak mau menyembah-Nya, atas alasan masing-masing.

Keempat rasul yang akan ditampilkan-Nya itu, Nabi Sulaiman bin Dawud untuk pejabat dan kongkomerat, Nabi Yusuf untuk pegawai, buruh, karyawan, atau pembantu, Nabi Ayyub untuk orang yang mengidap penyakit berat atau penyakit kronis dan Nabi Isa untuk orang yang miskin atau orang yang melarat.

Ketika seorang pengusaha atau konglomerat pada hari perhitungan amal itu ditanya, alasan tak sempat beribadah karena sibuk mengurus rakyat, sibuk lobby ke luar negeri, sibuk turun ke lapangan, juga sibuk mengurus kekayaan, dan investasi dimana-mana, maka Allah S.W.T. akan mematahkan argumentasi mereka dengan Nabi Sulaiman.

Firman-Nya, “Lihat Sulaiman! Jabatannya cukup tinggi, kekuasannya cukup luas, hartanya pun cukup banyak, tetapi Sulaiman tak pernah meninggalkan ibadah!”.

Ada karyawan, buruh, pegawai, atau seorang bawahan yang beralasan tak sempat beribadah karena sibuk mengabdi (juga jadi abdi negara), maka Allah S.W.T. akan mematahkan argumentasi mereka dengan Nabi Yusuf.

Firman-Nya, “Hambaku Yusuf jadi pembantu, sibuk dengan tugas yang dibebankan majikannya, tetapi Yusuf tak pernah meninggalkan ibadah!”.

Ada pasien yang selalu sibuk dengan penderitaan, jadi langganan dokter dan rumah sakit, mungkin juga langganan dukun, sehingga tak sempat beribadah, maka Allah S.W.T mematahkan argumentasi mereka dengan Nabi Ayyub.
Firman-Nya, “Hambaku Ayyub sibuk dengan penyakit, selalu dirundung derita, sakit berkepanjangan, tetapi Ayyub tak pernah meninggalkan ibadah!”.

Ada orang yang miskin, orang yang melarat tak mau beribadah karena alasan kemiskinan dan kemelaratannya itu. Maka, Allah S.W.T mematahkan argumentasi mereka dengan Nabi Isa.

Firman-Nya. “Hambaku Isa, paling melarat di dunia. Tak punya rumah, tak punya kekayaan, tak pula punya istri, tetapi Isa tak pernah meninggalkan ibadah!”. (Nashaaihu ‘l-‘ibaadi : Hal. 27).

Ibadah :Etimologis dan Terminologis
Ibadah, secara etimologis berarti at-tadzallulu wa l-khudluu’u (rendah hati dan tunduk). Secara terminologis dengan mengutip Syekh Ibnu Taymiyyah, ibadah adalah taat kepada Allah S.W.T dengan mengikuti titah perintah-Nya, melalui lisan para rasul-Nya (Syekh Ahmad bin Hajar,1394 H :14). Disebutkan pula, ibadah adalah seluruh aktivitas yang disukai Allah S.W.T, meliputi ucapan atau perbuatan, baik tampak maupun tersembunyi.

Maka, bagi seorang muslim, praktik ibadah haruslah ikhlas (hanya karena Allah S.W.T) dan praktiknya harus hanya melalui contoh Rasulullah S.A.W. Inilah pula sebagai mawjud syahaadatayn (dua kalimah syahadat), yakni secara vertikal harus hanya karena Allah S.W.T dan secara horizontal harus hanya mengambil contoh atau mengikuti contoh Rasulullah S.A.W.

Kita, zaman sekarang, tak bisa menyaksikan Rasulullah S.A.W beribadah, seperti salat?. Pasti, tapi bisa menyaksikannya l melalui akal dan ilmu. Syahadat, tak semata-mata berarti menyaksikan dengan mata telanjang, tetapi juga i’tarafa (mengakui).

Jadi syahadat itu bukan kesaksian saja, melainkan lebih juga pengakuan. Maka, untuk “menyaksikan” praktik salat Rasulullah S.A.W misalnya, bisa kita saksikan dalam hadis-hadisnya. Jadi, belajar hadis (juga ilmu hadis), akan sepenting belajar Al-Qur’an (juga ilmu Al-Qur’an), agar ibadah mengikuti contoh Rasulullah S.A.W dan diterima oleh Allah S.W.T. (Dean Al-Gamereau).


Next Post

Tingkatkan Kemampuan, Polres Serang Kota Latihan Beladiri

Jum Sep 25 , 2020
Kota Serang – Guna meningkatkan kemampuan individu, Usai melaksanakan Apel Pagi, personel Polres Serang Kota Polda Banten dilanjutkan dengan kegiatan […]