Puluhan pedagang es kopyor menjadi penyejuk tersendiri saat panas terik matahari seakan membakar pengendara yang melintasi Daan Mogot.
Para pengendara kendaraan bermotor yang hendak melintasi Daan Mogot kini memiliki alternatif tersendiri untuk menghadapi panas dan melepas dahaga. Puluhan pedagang es kopyor di pinggir jalan yang biasa berjualan menggunakan gerobak-gerobaknya, siap menyajikan kesegaran, sekaligus, pelepas dahaga bagi para pengendara kendaraan bermotor yang ingin sekadar beristirahat dari panas teriknya matahari di atas Daan Mogot.
Tanah kosong yang seharusnya menjadi lintasan bagi para pejalan kaki, kini diramaikan dengan bangku-bangku serta terpal-terpal, yang disediakan para pedagang es kopyor bagi para pengendara yang tidak tahan menghadapi panas teriknya matahari, saat melintasi Daan Mogot. Pohon-pohon tinggi yang menjulang ke atas di pinggir jalan di sepanjang Daan Mogot, seakan menjadi atap alami yang mengahalangi para pengendara yang berteduh di bawahnya, dati sengatan matahari.
Harga yang ditawarkan para pedagang es kopyor kepada para pengendara kendaraan bermotor juga sangat terjangkau. Pengendara yang melintas cukup merogoh kocek sebesar tiga ribu rupiah, untuk satu gelas kesegaran dalam bentuk es kopyor. Uniknya, dari puluhan pedagang yang berbaris rapi di pinggir jalan Daan Mogot, tidak ada satupun pedagang yang menjual untuk satu gelas es kopyornya dengan harga berbeda, baik lebih murah ataupun lebih mahal.
Puluhan pedagang es kopyor ini bisa dijumpai di pinggir jalan Daan Mogot, atau tepatnya yang mengarah dari Grogol menuju Tangerang. Para pedagang tersebut juga sudah bisa dijumpai mulai dari Halte Transjakarta Jembatan Gantung dan terus berbaris rapi hingga lampu merah Cengkareng. Jarak antara pedagang satu dengan pedagang lain juga seakan sudah di atur, yaitu berjarak antara 10 hingga 15 meter, meskipun pada kenyataannya jarak mereka hanya menggunakan perkiraan.
Tidak jarang, para pedagang es kopyor bekerja sama dengan para pedagang yang menjual makanan. Para pedagang bakso, mie ayam dan soto sering juga ditemui berjualan bersebelahan dengan pedagang es kopyor.
Salah seorang pedagang es kopyor yang ditemui, Erni (40), menjelaskan kalau awalnya memang pedagang es kopyor yang berjualan di pinggir jalan Daan Mogot hanya hitungan jari. Menurut Erni, beberapa tahun belakang banyak orang baru menyadari kalau berjulan es kopyor di sana bisa mendatangkan rupiah yang cukup lumayan. Wanita asal Sumatera Utara tersebut juga menegaskan kalau para pedagang es kopyor, tidak mengenal satu sama lain dan berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Erni memastikan es kopyor buatannya asli berbahan dasar kelapa. Ia tidak menjajakan es kopyor yang dibuat dari agar-agar.
Pedagang es kopyor yang lain, Edi (36), mengatakan kalau es kppyor buatannya berbahan agar-agar dan bukan kelapa. Edi yang sudah berjualan es kopyor di pinggir jalan Daan Mogot selama satu tahun belakangan, mengatakan kalau hal tersebut dilakukan lantaran sulit untuk mendapatkan kelapa. Namun demikian, Edi yang hanya menggunakan bangku sebagai tenpat para pembeli menikmati dagangannaya, menjamin kalau es kopyor buatannya aman untuk dikonsumsi.
Edi menjelaskan bagaimana pembuatan es kopyor menggunakan agar-agar. Pertama-tama ia memasak agar-agar berwarna bening hingga matang, kemudian, setelah matang agar tersebut disiramkan ke atas es batu batang yang sudah disiapkan di atas baskom. Setelah adonan agar-agar tersebut bertemu dengan es batu, otomatis agar-agar tersebut turun ke bawah baskom dengan berbentuk suwir-suwir seperti potongan buah kelapa.
Setelah itu, agar-agar tersebut tinggal dimasukkan ke dalam baskom yang lebih besar, dan dimasukkan ke dalam gerobak untuk selanjutnya dijual. Edi dan Erni serta sebagian besar pedagang es kopyor lain di pinggir jalan Daan Mogot, sama-sama menggunakan sirup berwarna merah terang untuk memikat mata pengendara yang melintas. Dalam penyajiannya, es kopyor juga ditambahkan susu untuk menambah rasa manis dan nikmat.
sumber : republika