Akun Tinder membanjiri linimasa Twitter dengan 31 kicauan bernada gusar. Kultwit tersebut ditujukan kepada jurnalis Vanity Fair Nancy Jo Sales.
Jurnalis perempuan yang juga merupakan pengarang buku “The Bling Ring” tersebut mengindikasikan Tinder sebagai aplikasi yang menyebar budaya seks bebas. Ia menjelaskan bagaimana dampak budaya tersebut dalam relasi masyarakat saat ini.
Pekan lalu, Sales menulis laporan jurnalistik berjudul “Tinder and the Dawn of the Dating Apocalypse”. Sales mewawancarai beberapa sumber berumur 20 tahunan yang mengumpat tentang kencan, pria dan peran Tinder di dalamnya.
Tulisan Sales belum cukup membuat Tinder murka untuk membela diri melalui Twitter. Tinder akhirnya lepas kendali setelah Sales mengkicaukan hasil survey yang menunjukkan 30 persen pengguna Tinder sudah menikah.
“Hai @nancyjosales – survey tersebut tak benar. Kalau kamu tertarik berbincang secara faktual, kami ada di sini,” begitu kicauan pembuka Tinder, Rabu (12/8/2015).
Tinder menjelaskan bahwa data yang benar adalah 1,7 persen pengguna Tinder telah menikah, bukan 30 persen. Kicauan tersebut kemudian dilanjutkan ke 30 kicauan berikutnya.
Tinder membantah laporan Sales yang mengatakan bahwa budaya seks bebas secara kasual semata-mata disebabkan oleh Tinder. Menurut aplikasi kencan tersebut, hanya sebagian kecil penggunanya yang memanfaatkan Tinder untuk hal-hal demikian.
“Data kami menunjukkan bahwa mayoritas pengguna Tinder mencari hubungan yang serius dan bermakna,” tulis akun @Tinder.
Tinder menegaskan bahwa platformnya bertujuan mempertemukan orang-orang untuk beragam alasan. Untuk kencan, menjalin hubungan pertemanan, travelling, bahkan menikah.
Laporan Sales dinilai tak mengakomodir dua sudut pandang. Sebab, tulis Tinder, jika Sales mewawancarai pengguna Tinder yang merasa terbantu dengan aplikasi tersebut, artikelnya tak akan bersifat menjatuhkan.
“Artikelmu mengambil sudut pandang yang bias, mengecewakan. Tapi ini tak akan menghentikan kami membangun sesuatu yang bisa mengubah dunia,” tulis admin Tinder.
Belum digubris Sales, akhirnya Tinder kembali membubuhkan nama akun Twitter Sales pada kicauan berikutnya. “Lain kali, hubungi kami terlebih dahulu @nancyjosales. Itu yang biasanya dilakukan para jurnalis,” kicau Tinder.
Sales pun membalas kicauan tersebut. “@Tinder tak jelas: kamu menganggap jurnalis membutuhkan persetujuanmu untuk menulis tentangmu?” katanya.
“@nancyjosales kami bilang kami mengapresiasi jurnalis yang melaporkan secara adil,” Tinder membalas.
Tak puas, Tinder pun berkicau ke akun Twitter Vanity Fair. “Mengecewakan @VanityFair berpikir sebagian kecil sumber untuk tulisanmu mewakili keseluruhan pengguna kami,” katanya.
Adu kicauan ini ditimpali oleh pengguna Twitter lain. “Mengherankan ada perusahaan teknologi yang sangat defensif atas laporan jurnalis yang bahkan tak mengembargo layanannya,” kata akun @kevinroose.
“@nancyjosales Hi, Nancy. Saya akan baca laporanmu tentang Tinder karena @Tinder bikin saya tahu tulisanmu,” kata akun @JoseFranco_
Juru bicara Tinder akhirnya mengirimkan pernyataan resmi berhubungan dengan perang kicauan yang terjadi hari ini.
“Kami memiliki tim yang sangat percaya dengan Tinder. Kami membaca artikel Vanity Fair tentang budaya kencan saat ini, kami sedih artikel tersebut tak menyentuh pengalaman positif yang banyak dialami para pengguna kami. Ada banyak cerita menakjubkan yang terkadang tak diterbitkan,” katanya.
sumber : kompas.com