Menyambut Pemilihan Serentak Tahun 2024 (2) BAHASA DAN PILIHAN KATA DI MEDIA MASSA


Proses Produksi Berita

Sebuah berita diproduksi, dari lapangan sampai tersaji di media masa, melalui beberapa tahap, sejak tahap pertama mengumpulan fakta dan data di lapangan oleh wartawan, kemudian diperiksa oleh jajaran redaksi, sam[pai akhirnya jadi kosumsi publik, untuk khalayak pembaca dn pemiorsa.

Wartawan mengirimkan berita kepada redaktur. Ada pemeriksaan data dan fakta oleh redaktur. Kalau data atau fakta kurang, maka redaktur biasanya meminta tambahan data atau fakta dari wartawan. Redaktur pun memeriksa ulang apakah berita sudah sesuai dengan undang-undang, tak melanggar kode etik jurnalistik atau peraturan lain yang menyangkut media massa.

Berita di tangan redaktur belum selesai, karena masih ada atasannya, redaktur pelaksana. Untuk hal-hal yang krusial, berita dibawa ke rapat dewan redaksi, sampai akhirnya pemimpin redaksi bisa memutuskan berita itu dimuat atau tidak dimuatm disiarkana atau tak disiarkan.
Selain teknis, jajaran redaksi sesungguhnya mempertimbangkan pula efek berita kalau sudah tersiar, apalagi kalau menyangkut kepentingan atau keamanan nasional.

Zaman Orde Baru, selain rumus 5W (who, what, where, when, why), dan 1H (how) terpenuhi, juga faktor /S/, yakni security (keamanan) yang sering sekali jadi pertimbangan.

Meskipun berita sudah melalui beberapa lapis pemeriksaan, selalu ada saja kekeliruan atau kesalahan, baik dalam substansi maupun redaksi. Untuk itu, agar tak ada pihak yang dirugikan, atau agar media massa tak termasuk menyebarkan kekeliruan, maka Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers memberi peluang hak jawab dan hak koreksi, sebagaimana bunyi Ayat (2) dan Ayat (93), Pasal 5, Bab II, Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Bahasa Indonesia Jurnalistik

Sejumlah media massa memiliki redaktur bahasa. Ini diperlukan, selain untuk ikut memelihara bahasa Indonesia itu sendiri agar baik dan benar, juga untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia jurnalistik, bahasa yang digunakan di media massa.

Bahasa Indonesia jurnalistik dapat dirumuskan ke dalam tiga bagian, tetapi satu sama lain tali-temali, yakni benar tata bahasa, ekonomis kata-kata, dan enak dibaca. Itulah bahasa Indonesia jurnalistik.

Sekadar contoh, dalam kalimat, “Presiden berkunjung ke luar negeri naik pesawat terbang”. Kalimat itu bisa dipahami, dan panjang. Namun, media massa akan menulisnya dengan kalimat pendek, dan dipahami, “Presiden terbang ke luar negeri”. Pilihan kata, atau diksi dan gaya bahasa, jadi perhatian media massa. Para guru bahasa Indonesia pun mengamati perkembangan bahasa di media massa.

Penghalusan Fakta

Ada zamannya, Penguasa ikut ambil bagian, jadi “redaktur” bahasa dalam tubuh berita. Pemerintah pernah melarang agar fakta kelaparan diganti dengan kekurangan gizi. Seorang tokoh atau aktivis yang faktanya ditangkap, ditulis diamankan. Fakta kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari, ditulis sebagai penyesuaian harga. Fakta adanya daerah berpenduduk miskin, media massa harus menulisnya sebagai daerah tertinggal. Menyebut pelacur terasa kasar, lalu media massa diminta menulisnya sebagai pekerja seks komersial.

Ungkapan penghalusan bahasa atau eufimisme di media massa tempo hari mengandung kepentingan. Penguasa tak akan mau disebut gagal menanggulangi kemiskinan. Oleh karena itu, fakta yang dilaporkan media massa, memang tak dibantah oleh Penguasa, tetapi bahasanya dihaluskan agar tak terdengar dan terkesan kasar atau negatif. Ada zamannya kita jadi “lebih santun” berbahasa di media massa.

Pilihan Kata Tiga Media Massa

Ini contoh pilihan bahasa tiga media massa (Kompas, Republika, Rakyat Merdeka) saat pesilat putra Indonesia, Hanifan Yudani Kusumah, setelah memastikan medali emas, pada Asian Games 2018, di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Insah (TMII), Rabu (29/08/18).

Hanifan langsung menghampiri Joko Widodo dan Prabowo Subianto, lalu mereka bertiga berpelukan, berbalut bendera merah putih. Media massa sangat berkepentingan dengan peristiwa bersejarah itu. Names makes news. Nama membuat berita. Jadi berita penting dan menarik berita. Peristiwa bersejarah ini dipastikan jadi berita utama.

Benar, keesokan harinya Kompas, Republika, Rakyat Merdeka (untuk sekadar contoh) memuat foto itu pada halaman yang sama : halaman pertama dan jadi headline (berita utama). Rakyat Merdeka berbeda, mengambil bahasa yang sedang populer, “Cebong & Kampret Mesti Hidup Rukun”, dengan boven kop (judul atas), “Jokowi Masuki Padepokan Prabowo”. .

Kompas untuk peristiwa yang sama, dan sama-sama jadi headdline di halaman muka, membuat judul “Momen Kebangkitan Prestasi”. Republika, juga untuk peristiwa yang sama, pada halaman muka dan jadi berita headline, menulis judul cukup singkat, “Bersejarah”, dengan warna merah.

Ada hal yang sama dilakukan ketiga media massa itu, mengambil foto dengan peristiwa yang sama (berpelukan), menempatkan foto itu pada halaman muka, dan jadi headline, tetapi dengan judul yang berbeda. Ada ideologi atau kepentingan di balik judul berita di ketiga media massa itu : pemilu damai!
Kompas mengapreasi prestasi itu sebagai pemicu prestasi berikutnya. Republika berbangga, dan prestasi itu dicatat sebagai sejarah.

Rakyat Merdeka berpesan agar pendukung calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dengan peristiwa keduanya berpelukan itu, berdamai, lalu pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2019 pun berlangsung damai.

Foto berpelukan Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang dimuat masing-masing ketiga media massa itu, tentu bukan hasil kesepakatan, melainkan karena naluri jurnalistiknya sama.

Pada saat menghadapi pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2019, dan keduanya memang “tanding ulang” setelah tanding pada pemilu tahun 2014, maka pesan rukun dan damai perlu digelorakan. Republika lebih sensasional, gelora rukun dan damai diwakili judul warna merah. Ketiga media massa ini menulis berita dengan peace journalism (jurnalisme damai), sekaligus peace jadi landasan “tanding ulang”. Oleh : Dean Al-Gamereau)
(Penulis, Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak 2022 – 2027)


Next Post

Keren, Lapas Kelas I Palembang Lepaskan Ribuan Benih Lele Untuk Kegiatan Pembinaan Napi

Jum Jun 21 , 2024
Palembang,– Kepala Lapas Kelas I Palembang, S.E.G. Johannes (Veri) Bersama jajaran struktural dan warga binaan melepaskan 3.000 ekor bibit ikan […]