Pendidikan Media Tangkal Berita Hoax


Perlu pendidikan kepada masyarakat, bagaimana menyikapi maraknya berita hoax seiring dengan perkembangan teknologi di media sosial. Masyarakat menurut Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Tengah Bambang Sadono, perlu diberi pendidikan untuk membedakan berita yang dapat dipercaya atau tidak dan lama-lama mereka pintar menyeleksi.

“Maraknya hoax ini tidak lepas dari perkembangan teknologi yang sedemikian pesat dan membuka kran informasi secara lebar, terutama setelah munculnya media sosial. Kalau dulu masyarakat hanya bisa mengonsumsi berita dari media-media mainstream, sekarang bisa mendapatkannya dari mana saja karena semua orang bisa membuat berita,” kata Bambang Sadono di sela diskusi publik “Melawan Hoax di Media Sosial” yang terselenggara atas kerja sama DPD RI dengan Yayasan Adi Bakti Wartawan di Hotel Puri Garden Semarang.

Bambang yang pernah menjabat Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu mengibaratkan, orang-orang biasanya makan di restoran-restoran terkenal tapi sekarang ini semuanya bisa didapatkan di pasar di mana semua orang boleh jualan makanan. Persoalannya masih kata dia, masyarakat dibingungkan memilih makanan yang sehat atau tidak sementara pemerintah juga tidak bisa kemudian melarang semua orang berjualan makanan di pasar.

“Ya caranya masyarakat dididik untuk memilih mana makanan yang sehat. Masyarakat harus dididik untuk bisa membedakan mana berita yang bisa dipercaya atau tidak. Silakan dicek benar atau tidak,” tuturnya.

Menurutnya keberadaan media mainstream bukannya terpinggirkan, melainkan justru akan lebih kuat sebagai referensi untuk mencocokkan jika ada pemberitaan di media sosial yang menjadi viral. Jika masyarakat tidak percaya dengan berita yang beredar di media sosial, bisa dicek di media mainstream. Makai di sinilah keberadaan media mainstream justru memiliki peran yang sangat strategis.

Semakin lama, ia meyakini masyarakat akan semakin cerdas dalam menyikapi setiap pemberitaan yang muncul di media sosial tanpa harus ada intervensi atau sikap represif dari pemerintah. Keberadaan media mainstream akan semakin diakui oleh masyarakat, terutama dari aspek kepercayaan yang menjadi keunggulannya sebagai rujukan atau referensi.

Bisa dibedakan karena media mainstream mempunyai wartawan yang sudah dididik bertahun-tahun, diberi pembekalan kode etik jurnalistik sedangkan media yang lebih banyak bermain di media sosial kebanyakan diisi oleh orang-orang yang baru bisa bikin berita, mengutip sana sini dan menyiarkannya ke mana-mana. @SINTA


Next Post

Kimmi Chan: Steve Emmanuel Sosok Spesial Buat Aku

Sel Mar 14 , 2017
Penyanyi Kimmi Chan selama ini dikenal punya kedekatan dengan Steve Emmanuel. Kini ia pun sudah tak malu-malu lagi memuji sosok […]